Find Us On Social Media :

Tak Ada Kata Terlambat untuk Belajar, Kakek 81 Tahun Ini Membuktikannya dengan Terus Berjuang Mendapatkan Ijazah

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 10 Juni 2017 | 18:30 WIB

Kakek 81 tahun ini tak lelah berjuang mendapatkan ijazahnya

Intisari-Online.com – Tidak ada kata terlambat untuk belajar, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Abdel-Qader Abu Ajameyah, seorang kakek berusa 81 tahun yang sedang berjuang untuk mendapatkan ijazah SMA.

(Baca juga: Kisah Pria Tua dan Bunga Liar di Dalam Bus yang Membuat Semua Penumpang Menjadi Akrab)

Abdel-Qader merupakan pensiunan penjual makanan yang berasal dari Hebron, West Bank. Tahun Sebelumnya, ia sudah mencoba mengikuti ujian untuk mendapatkan ijazah SMA, sayangnya ia gagal. Jadi tahun ini ia mencoba untuk yang kedua kalinya.

Ayah dari 14 anak ini menghabiskan lima jam sehari untuk berkonsentrasi dan belajar walaupun selalu saja ada gangguan dari 36 cucu-cucunya yang mengajaknya bermain.

“Aku menyukai pendidikan,” Ujar Abdel-Qader dengan bangga, “Tidak ada batas untuk seseorang belajar, belajar tidak berhenti pada umur tertentu. Aku ingin menjadi contoh untuk generasi berikutnya, untuk tidak pernah berhenti belajar.”

(Baca juga: Dalam Sejarahnya, Bajak Laut yang Dikenal Barbar Ternyata Ada yang Lahir dengan Latar Belakang Agama)

Abdel-Qader melaksanakan ujiannya di sebuah ruangan khusus untuknya di sekolah lokal.

Karena stroke yang menyerangnya baru-baru ini membatasi pergerakan tangannya yang membuatnya sulit menulis, jadi ia mendiktekan jawabannya pada seorang perempuan yang bertugas membantunya mengisi lembar jawaban.

Niat baik Abdel-Qader untuk menyelesaikan pendidikannya juga mendapat dukungan dari keluarganya, terutama dari istrinya yang senantiasa mengalihkan perhatian cucu-cucunya agar tidak mengganggu sang kakek yang sedang belajar.

(Baca juga: Mengapa Orang Baik Selalu Menderita?)

 “Ibuku mengurus semua kebutuhan ayahku seolah-olah ia adalah anak sekolah berusia 18 tahun,” Ujar Zakaria, putra dari Abdel-Qader, “Kami semua mendukungnya dan sangat bangga padanya.”

Menurut Zakaria, ayahnya memulai sekolah di sebuah desa di Ramla, yang sekarang menjadi Israel, sebelum Israel dibuat pada tahun 1948.