Intisari-Online.com -Setelah menunggu delapan dasawarsa, Clare Picciuto akhirnya medapatkan ijasah SMA-nya di usia 100 tahun. Bagi perempuan asal Massachussetts itu, tentu saja ini cerita yang membahagiakan.
Clare masuk jenjang SMA bersamaan dengan tibanya masa kemunduran ekonomi global di akhir dekade 20-an. Kedua orangtua Clare lalu meminta anaknya untuk meninggalkan bangku sekolah, dan mencari pekerjaan. Sementara, sejumlah kakak laki-laki Clare masih melanjutkan sekolah kala itu.
“Saya benci keadaan itu. Sebab, seharusnya perempuan pun berhak untuk mendapatkan pendidikan,” ujar Clare, seperti dikutip laman UPI, Minggu (21/8). Namun, akhirnya Clare harus menyerah dengan keadaan. Ia pun berkerja di sebuah pabrik gorden dengan bayaran enam dollar AS per jam.
Kendati demikian, Clare tetap belajar sendiri. Ia membaca sejumlah ensiklopedia dan kamus di waktu senggangnya. “Saya memilih sebuah kata, lalu mencari makna kata tersebut. Lalu saya mencoba melafalkannya dengan baik,” tambahnya.
Di ulangtahunnya yang ke 100, Clare didatangi oleh anak perempuannya Deborah Picciuto (59). Kepada jaringan ABC News, Deborah mengungkapkan niatnya untuk memberikan ijazah SMA seperti yang selama ini diimpi-impikan Clare.
“Dia sudah menghadiri banyak acara wisuda, saat saya SMA, kuliah, pasca sarjana. Dia pun punya kesempatan serupa saat menghadiri wisuda anak-anak saya, tapi dia tak pernah diwisuda,” ungkap Deborah. “Jadi saya ingin memberikan kado tersebut untuk dia.”
Putri Clare itu pun lalu memberikan kejutan berupa topi dan toga wisuda untuk sang bunda. Selain itu, ada sebuah medali wisuda, dan ijazah kehormatan dari North Reading Public Schools.
“Saya mengatakan kepada dia, bahwa dalam pandangan saya, hidup yang telah dia lalui selama ini merupakan sebuah medali dan ijazah tersendiri bagia dia,” ujar pejabat North Reading Public Schools, Jon Bernard. “Clare sangat artikulatif, tajam, dan selalu berpikir positif. Dia sungguh merupakan representasi dari segala hal yang kita aspirasikan dalam hidup ini.”(Kompas.com)