Find Us On Social Media :

Satuan Bravo 90, Pasukan Khusus TNI AU yang Tidak Hanya Mahir Menggilas Musuh di Udara tapi Juga di Darat dan Lautan

By Intisari Online, Senin, 29 Oktober 2018 | 08:30 WIB

Misalnya, mereka harus bisa bertindak, berpikir dan mengambil keputusan dalam keletihan mendalam dan tekanan mental tinggi. Lulus dari tahap ini, siswa dinyatakan berhak menyandang bagde Bravo 90.

Tahap selanjutnya lebih serius, pendidikan intelijen strategis. Pelaksanaannya sengaja digelar link-up dengan BIN.

Pendidikan intelijen kembali dilaksanakan ketika mereka sudah benar-benar terjun sebagai personel operasional. Hanya pelaksanaannya sepenuhnya dilaksanakan di BIN selama tiga bulan.

Dua bulan berikutnya kembali ke materi kemampuan bertempur menggunakan beragam senjata dan beragam teknik.

Pendidikan spesialisasi antiteror dan lawan bajak udara (Atbara) yang mereka istilahkan sebagai kamp konsentrasi Atbara, yang semula dilaksanakan di Margahayu, Bandung, kini dilakukan di Rumpin.

Tahapan pendidikannya hampir sama dengan standar pasukan khusus dunia: dimulai dari building assault, aircraft assaulttrain assaultship assault dan bus assault.

Aplikasi dari kelima teori dasar ini berupa perang hutan dan perang kota.

Pada tahapan lain tak ketinggalan materi longe range patrol. Teknik yang pernah dilaksanakan pasukan Ranger AS ketika bertempur di Vietnam.

Tapi Ranger menyebutnya dengan istilah Long Ranger Reconnaissance Patrol (LRRP). Dengan kata lain, lewat materi ini personel juga diharapkan mampu menggelar operasi pengintaian (recce).

Khusus untuk gemblengan fifik, baik bagi tamtama, bintara maupun perwira standarnya sama.

Ada 12 item squad test yang mesti dijalani baik untuk menguji kekuatan badan atas maupun bawah.

Misalnya lari 3.200 m per 12 menit (standar 2.800 m per 12 menit), lari untuk kekuatan kaki lima kilometer 24 menit, dan renang sejauh dua kilometer tanpa perlengkapan khusus sambil menarik beban selama dua jam.