Find Us On Social Media :

Menurut Putrinya, Meski Seorang Proklamator Bung Hatta Tak Pernah Sombong

By Intisari Online, Jumat, 26 Oktober 2018 | 18:45 WIB

Katanya, hatinya bergetar pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya - yang memang terasa berwibawa itu - dikumandangkan.

Perasaan yang sama juga dialami oleh kami yang berkumpul di hadapan TV.

Demikian pula telah menjadi kebiasaan kami bahwa setelah dentuman meriam dan pembacaan teks proklamasi, kami, anak-anak, menghampiri tempat duduk ayah dan mencium kedua pipi beliau.

Dahulu kami hanya melakukannya karena mengikuti ibu. Namun, setelah bertambah dewasa, kami makin merasakan bahwa ada kekhususan sendiri, mengapa kami selalu mencium ayah kami.

Hal itu tidak lain karena kami merasa bahwa beliau patut diberi penghorrnatan dan ucapan terima kasih, karena berkat peranan beliaulah maka sekarang negara kita merdeka.

Bung Hatta memang orang yang tidak pernah membanggakan peranannya sebagai proklamator, lebih-lebih menyombongkan dirinya.

Tidak juga di hadapan ibu dan kami, anak-anaknya. Oleh karena itu, kami pun sejak kecil tidak terbiasa untuk menyanjungnya dengan kata-kata pujian bagi ayah atas peranan pentingnya itu.

Walaupun pada suatu waktu, di tengah kekuasaan Presiden Soekarno antara 1960 - 1965, pernah ada teman dekat ayah yang mengatakan bahwa kalau Bung Hatta tidak tercantum namanya sebagai proklamator, maka belum tentu Bung Karno mau memproklamasikan kemerdekaan.

Maka itulah, ciuman kami sesudah pembacaan teks proklamasi dapat dianggap sebagai tindakan simbolik untuk mengungkapkan perasaan hormat dan terima kasih kami sebagai anak dan istri terhadap Bung Hatta atas peranan beliau yang besar bagi kemerdekaan bangsa ini.

Foto terakhir

Rupanya bukan kami saja yang mempunyai perasaan tersebut. Halida ingat bahwa dr. Hazniel Zainal yang tinggal di Jl. Pegangsaan Barat, selalu hadir di pagi itu.

Cukup singkat, sekitar lima menit, untuk menyampaikan salam dan selamat hari kemerdekaan.