Find Us On Social Media :

Untuk Distribusi Listrik Merata dan Murah, Ada Baiknya Indonesia Meniru Strategi Listrik Swasta ala Jepang Ini

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 26 Oktober 2018 | 19:30 WIB

Intisari-Online.com – Tanggal 27 Oktober ditetapkan sebagai Hari Listrik Nasional. Bagaimanakah pasokan dan distribusi listrik nasional?

Mari kita simak tulisan Alexander S. Winardi, Strategi Listrik Swasta ala Jepang, yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 2012.

Akhir-akhir ini saya bangga atas pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak terpengaruh oleh resesi ekonomi barat. Di tahun 2011 kemarin, pertumbuhan GDP mencapai angka fantastis, yaitu 6.2%.

Dan Indonesia, menurut Moody’s Investor Service telah mencapai investment grade rating. Luar biasanya lagi, dari tahun 1999 sampai sekarang, jumlah populasi kelas menengah di Indonesia terus meningkat dari 25% menjadi 45%.

Baca Juga : Wanita Ini Temukan Cara Memangkas Tagihan Listriknya Hingga Rp600 Ribu per Bulan!

Ironisnya, pertumbuhan ekonomi yang luar biasa itu belum diimbangi dengan distribusi listrik yang merata. Sampai saat  ini, masih ada 80 juta warga Indonesia yang belum mendapatkan jaringan listrik.

Bahkan di beberapa daerah, arus listrik hanya dibatasi 12 jam. Banyak yang menganggap, hal ini adalah sesuatu yang wajar, mengingat kondisi geografis negara Indonesia yang berupa kepulauan.

Menurut PLN, hambatan utama dalam distribusi listrik terletak pada tingginya biaya pembangunan pembangkit dan transmisi listrik ke daerah dan pulau-pulau terpencil. Apakah perihal biaya ini masih dapat dimaklumi?

Rasa-rasanya faktor biaya tak boleh lagi menjadi kendala, mengingat janji pemerintah akan target 100% elektrifikasi di seluruh nusantara tahun 2020 nanti.

Baca Juga : Dituntut Bayar Tagihan Listrik Rp18 Juta Oleh PLN Setempat, Keluarga ini Salahkan Kucingnya

Dalam penilaian saya, kebijakan negara soal tarif listrik, justru merugikan PLN. Tarif listrik disubsidi negara secara besar-besaran agar dapat dijangkau semua kalangan masyarakat. Coba kita lihat faktanya.

Sejak tahun 2003, tarif listrik konstan pada harga 6.5 sen/kWh (termurah di ASEAN); sedangkan biaya untuk memproduksi listrik sampai tahun 2009 adalah 11 sen/kWh. Tak heran, meski dibantu subsidi, PLN sampai saat ini, masih mengalami defisit.

Kondisi ini mengakibatkan PLN tidak dapat mengumpulkan dana untuk menambah dan mengembangkan jaringan elektrifikasi negara. Padahal, kebutuhan listrik di Jawa-Madura semakin membengkak.