Honor
Menurut para purna peragawati ini, ada sejumlah perbedaan dengan peragawati masa sekarang. Misalnya dari segi kekompakan kerja.
"Dulu kalau kami jalan bersama di atas catwalk dan salah satu dari kami bikin kesalahan, pasti yang, lain memberi tahu. Caranya dengan mengedipkan mata," kisah Dhanny dengan mata berbinar.
Kerja sama yang baik semacam itu, konon langka ditemui pada peragawati sekarang.Lalu soal honor. Pada akhir tahun 60-70 an, cerita Titi, peragaan busana masih bersifat kegiatan sosial.
Ditambah lagi, kesadaran masyarakat Indonesia untuk berbusana pun belum semaju sekarang.
"Karena itulah, kami dulu malah lebih sering nombok ketimbang dapat honor. Kalaupun dapat honor, biasanya berbentuk sepotong kain atau baju, suvenir," kata Titi.
Tapi menurut Enny, dari dulu hingga sekarang, honor peragawati dianggapnya kurang memadai.
"Saya rasa, tak ada salahnya honor peragawati sekarang ini dinaikkan paling tidak 50 persen. Tapi dengan catatan, mereka hams lebih menunjukkan dedikasi yang tinggi," lanjut Enny.
Baca Juga : Tim Medis Tak Kuasa Menahan Tangis Ketika Melihat Bayi 'Membangunkan' Ibunya yang Koma Selama 23 Hari