Find Us On Social Media :

Hasyim Asyari, Kakek Gus Dur, Pendiri Pesantren Tebuireng yang Tidak Melulu Mengajarkan Pengetahuan Agama

By K. Tatik Wardayati, Senin, 22 Oktober 2018 | 19:00 WIB

Intisari-Online.com – Sejak tahun 2015, tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Mari kita simak bagaimana pesantren mulai didirikan di Indonesia, salah satunya oleh Hasyim Asyari.

Tulisan ini diambil dari Majalah HAI edisi 24-X-1986, Hasyim Asyari Kakek Abdurachman Wahid yang Mendirikan Pesantren Tebuireng.

Kala saja Kyai Haji Hasyim Asyari sekarang masih hidup, pasti beliau bergembira melihat perkembangan terakhir organisasi Nahdatul Ulama (NU) yang kini dipimpin cucunya, Abdurachman Wahid.

Nama Kyai Hasyim Asyari, memang tidak lepas dari NU maupun sejarah perjuangan bangsa. Dia adalah salah satu perintis yang paling gigih terhadap pembentukan organisasi Jamiyah Nahdatul Ulama. Dia adalah pejuang gigih dalam melawan penjajah di  bumi pertiwi.

Baca Juga : Mati Guyon Cara Pesantren: Belajar Keluguan dan Kesederhanaan dari Guyon NU

Terbentuknya NU tahun 1926, semata-mata bukan untuk menandingi organisasi-organisasi yang telah ada di tahun itu. Melainkan karena adanya undangan menghadiri kongres Islam di Mekah.

Kyai Hasyim Asyari meyarankan, untuk mengirim wakil-wakil ke kongres itu sebaiknya dibentuk dulu suatu wadah umat Islam. Ternyata saran itu disetujui, NU berdiri, dan Kyai Hasyim Asyari dipilih sebagai Raisul Akbar.

Mendirikan pesantren

Saran sang Kyai pada waktu itu memang pantas didengar. Ia telah banyak berbuat untuk umat Islam. Pengalamannya yang luas dan wawasannya yang kaya menyebabkan orang begitu hormat kepada Kyai Hasyim.

Baca Juga : Mati Guyon Cara Pesantren (Bag. 3 dari 3)

Bukti nyata ia luas dan kaya wawasan adalah kepergiannya ke tanah suci Mekah. Pada waktu itu ia telah dua kali pergi ke Mekah, ia pernah tinggal selama 7 tahun di sana. Suatu pengalaman yang langka dimiliki orang di saat itu.

Kyai Hasyim lahir dari keluarga yang lebih mengutamakan agama daripada hal-hal lain. Hari lahirnya, 20 April 1875. Ayahnya, As'ari, berasal dari Demak, ibunya Winih (Halimah) adalah putri Kyai Usman dari pesantren Duku Gedang, Tambak Boras.

Umur 13 tahun. Hasyim sudah mengajar agama pada teman-teman sebaya. Karena tidak puas dengan ilmu agama yang didapat dari ayahnya, Hasyim belajar ke pesantren lain. Dia belajar ke Madura, Sidoarjo dan beberapa pesantren lainnya.