Find Us On Social Media :

Festival Gandrung Ditolak Ormas: Mengenal Gandrung Banyuwangi, Tarian 'Sakral' yang Mudah Bikin Orang Tergila-gila

By Ade Sulaeman, Kamis, 18 Oktober 2018 | 15:15 WIB

Penampilnya adalah anggota sanggar yang tersebar di banyak kecamatan. Tarian barong dan janger memang mirip tarian Bali karena kedua daerah itu memiliki akar budaya yang sama.

Bedanya, di Banyuwangi sendratari janger menampilkan cerita khas Banyuwangi, seperti Sidopekso (asal mula nama Banyuwangi), Damarwulan Ngarit, Geger Blambangan, dll.

Baca Juga : Kisah Orang-orang Jawa di Suriname: Sempat Dianggap Bodoh, Pandir, dan Mudah Ditipu

Mulanya Penari Laki-laki

Pada awalnya gandrung adalah tarian sakral. Tari itu diciptakan para petani sejak zaman Hindu, tujuannya untuk menghormati Dewi Sri. Menurut sejarah, pertama kali gandrung ditampilkan sebagai tontonan pada tahun 1890.

Pada waktu itu penarinya adalah laki-laki karena perempuan dilarang tampil. Gandrung Lanang (laki-laki) itu menampilkan laki-laki berpakaian ala perempuan. Marsan adalah penari yang melegenda dan baru pensiun hingga usia senja.

Pada 1895, untuk pertama kalinya ada seorang perempuan, Bu Semi, tampil sebagai penari gandrung. Tenyata, kiprah Bu Semi diterima masyarakat. Sejak itu orang lebih senang melihat gandrung dibawakan oleh penari perempuan. Laki-laki cukup jadi pelengkap.

Di dalam perkembangannya, fungsi gandrung bergeser menjadi tari kreasi untuk pergaulan. Tari diajarkan di rumah-rumah dan sanggar, dan si penari menjadikan gandrung sebagai profesi.

Para gandrung terob yang terkenal antara lain Gandrung Asma (Asmawati), Gandrung Temu, Gandrung Sularsih, Gandrung Pinak, dan Gandrung Mudayah.

Mereka berasal dari pelbagai kecamatan di Banyuwangi seperti Kemiren, Cungking, Olehsari, Rogojampi, Gambiran, dan Muncar. Seorang penari gandrung memiliki manajemen dan grup sendiri yang berasal dari warga setempat.

Satu grup biasanya beranggota delapan orang, terdiri atas satu-dua penari, satu perias, dan para pemain musik alias gamelan pengiring.

Gandrung biasa ditampilkan semalam suntuk, pukul 21.00 - 04.00 WIB. Penari harus tahan tidak buang hajat sepanjang acara karena lilitan kain dan stagen busananya yang ketat sehingga tak leluasa dibuka.