Find Us On Social Media :

Survei: Banyak Orang Percaya Penyebab Kemiskinan Adalah Karena Malas

By Adrie Saputra, Rabu, 17 Oktober 2018 | 18:45 WIB

Intisari-Online.com - Pada April 1995, sebuah survei yang diselenggarakan oleh NBC News dan Wall Street Journal mengungkapkan bahwa 60 persen orang Amerika percaya bahwa penyebab terbesar kemiskinan adalah "orang-orang yang malas".

Hanya 30 persen yang menyalahkan keadaan "di luar kendali seseorang".

Sementara sisanya menganggap itu adalah kombinasi dari keduanya atau tidak pasti.

Tahun 2014, bagaimanapun, survei yang sama menunjukkan 44 persen menganggap penyebab kemiskinan adalah "malas", sementara 46 persen lainnya mengarah ke faktor eksternal.

Hidup tidak sesederhana itu, memisahkan sumber kemiskinan ke salah satu dari dua kubu — miskin karena tidak cukup upaya atau miskin karena tidak cukup kesempatan untuk merubahnya.

Baca Juga : Membantu Orang-orang Miskin dengan Cara yang Tidak Lazim, Pria Ini Harus Rela Kehilangan Pekerjaan dan Rumahnya

Menurut sebuah studi baru yang diterbitkan oleh Journal of Personality and Social Psychology, orang-orang yang dibesarkan di rumah tangga miskin, saat menjadi orang dewasa, lebih mungkin jadi miskin daripada mereka yang dibesarkan di rumah tangga kaya.

Terlebih bila di masa depan dihadapkan dengan ketidakpastian ekonomi.

Paparan ketidakstabilan menghambat kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang.

Dalam satu percobaan, para peneliti menemukan bahwa individu dengan masa kecil miskin menyerah untuk mencoba memecahkan teka-teki yang sulit--lebih dari 25 persen menyerah lebih awal daripada mereka yang memiliki latar belakang kaya.

Baca Juga : Chow Yun Fat: Aktor Ternama Hong Kong dengan Kekayaan Rp10 Triliun tapi Hanya Habiskan Rp1 Juta per Bulan!

"Mereka tidak berpikir mereka mampu menguasai lingkungan mereka," kata penulis utama Chiraag Mittal, seorang mahasiswa doktoral di Pemasaran di University of Minnesota.

"Orang-orang dari latar belakang yang berbeda dapat merasakan isyarat yang sama, tetapi kemudian mekanisme psikologis yang berbeda diaktifkan, yang mengarah pada perilaku yang berbeda."

Sementara para peneliti terus menyatakan bahwa kadang-kadang itu bermanfaat untuk bertindak berdasarkan dorongan hati.

Karena waktu dan energi adalah sumber daya yang terbatas, terkadang lebih bijak untuk menyerah ketika ditantang daripada bertahan, kerugian terhadap apa yang disebut mekanisme psikologis ini ada di mana-mana.

Apa yang disarankan oleh penelitian ini adalah bahwa beberapa individu miskin, yang dalam arti yang bertanggung jawab atas nasib mereka - membuat pilihan buruk, tidak memiliki tekad untuk maju, dan seterusnya.

Namun pada saat yang sama, mereka sepenuhnya tidak dapat disalahkan.

Pengalaman masa kecil telah membentuk karakter dan pandangan hidup mereka.

Baca Juga : Evita Peron, Legenda 'Kupu-kupu Baja' dari Argentina, 'Santa' Bagi Kaum Miskin