Find Us On Social Media :

Inilah Cerita tentang Tentara Bagian Dapur yang Menjadi Presiden Melalui Kudeta Banjir Darah di Uganda

By Intisari Online, Senin, 15 Oktober 2018 | 08:30 WIB

Ketidakpuasan di kalangan militer pun merebak. Tahun 1969 sebuah upaya kudeta dan membunuh Abote yang didalangi Brigjen Perino Okoya berhasil digagalkan.

Tak lama kemudian Brigjen Perino dan istrinya ditembak mati oleh pembunuh gelap di rumahnya.

Pembunuhan Brigjen Perino yang dalangnya masih simpang siur itu ternyata membuat hubungan Abote dan Amin merenggang.

Pasalnya, Abote mencurigai Amin berada di balik pembunuhan dan kudeta Perino.

Januari 1971 ketika Abote sedang menghadiri konferensi negara persemakmuran di Singapura, apa yang dikhawatirkannya terjadi.

Tanpa diduga Amin melancarkan kudeta. Abote memilih tak pulang ke ibukota Uganda, Kampala, dan terbang menuju negara sahabatnya, Tanzania.

Di negara sahabatnya itu, diam-diam Abote menyusun kekuatan. Begitu Amin berkuasa, Uganda segera dilanda banjir darah.

Amin memerintahkan untuk membunuh semua perwira militer dan tentara yang masih mendukung Abote. Ribuan jiwa tentara melayang termasuk 32 perwira militer yang tewas saat ruang tahanannya diledakkan menggunakan dinamit.

Amin juga mengusir semua orang Asia yang berwarga negara Inggris termasuk keturunannya yang lahir dan telah menjadi warga negara Uganda.

Inggris, Australia, Selandia Baru dan negar-negara persemakmuran Inggris jumlahnya ribuan di Uganda jadi kalang kabut.

Mereka segera mengungsikan warganya karena terancam pembantaian.

Sebaliknya keputusan ngawur Idi Amin dan aksi pembantaiannya terhadap semua rivalnya menjadi berita yang sangat populer di seluruh dunia.

Akibat keputusan Amin itu, Uganda dalam waktu singkat menjadi negara terbelakang dan miskin.

Pasalnya selama ini roda perekonomian Uganda dipegang para pendatang.

Uganda bahkan dikenal sebagai negara hitam tanpa hukum dan kondisinya terus merosot.

Tahun 1979, pemerintahan Idi Amin akhirnya tumbang setelah dikudeta oleh tentara nasionalis Uganda yang didukung Tanzania.

Amin melarikan diri ke Libya dan selanjutnya mendapatkan suaka politik di Jedah, Arab Saudi.

Juli 2003, Idi Amin meninggal di Jedah. Rakyat Uganda menoak permintaan istri Amin yang menginginkan jasad suaminya dikubur di tanah kelahirannya.