Find Us On Social Media :

Amerika Serikat Bertemu Taliban di Qatar, Ini yang Mereka Bicarakan

By Intisari Online, Sabtu, 13 Oktober 2018 | 20:00 WIB

Intisari-Online.com - Terkait konflik yang tak kunjung usai di Afganistan, kelompok Taliban mengaku telah menggelar pertemuan dengan Amerika Serikat di Qatar.

Menurut laporan AFP pada Sabtu (13/10),  Taliban menggelar pertemuan dengan utusan AS Zalmay Khalilzad dan pejabat Wahington lainnya.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berkata, mereka memberi tahu Khalilzad bahwa hambatan adanya perdamaian di Afganistan berasal dari keberadaan pasukan negara asing.

"Taliban dan utusan AS sepakat untuk menggelar pertemuan lanjutan," ujar Mujahid dalam keterangan tertulis.

Adapun Khalilzad dilaporkan tiba di Kabul Sabtu.

Baca Juga : Demi Melawan Taliban, Jet Tempur Siluman Termahal di Dunia Ini Akhirnya Bertempur untuk Kali Pertama

Reuters via Channel News Asia melaporkan, diplomat berusia 67 tahun itu menggelar pertemuan dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Khalilzad memberi tahu soal kunjungan selama 10 hari di empat negara untuk mencari solusi mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama 17 tahun itu.

Diplomat yang ditunjuk sebagai Perwakilan AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan September lalu itu berkunjung ke Pakistan, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar.

Kepada Ghani, Khalilzad berujar bahwa keempat negara tersebut bisa memainkan peran penting dalam perundingan damai dengan Taliban.

"Pemerintahan Ghani maupun AS berada di belakang Khalilzad untuk mendapatkan solusi diplomatik dalam upaya mengakhiri konflik di Afghanistan," kata seorang diplomat negara Barat di Kabul.

Diplomat Asia maupun negara Barat meyakini Khalilzad sosok yang tepat karena dia memahami bahasa, kultur, maupun politik setempat.

Juli lalu, Taliban dilaporkan juga bertemu pejabat AS pasca-gencatan senjata yang diumumkan dengan pemerintahan Ghani di Idul Fitri.

Baca Juga : Nadia Murad, Mantan Budak ISIS: Diperlakukan Sebagai 'Binatang' karena Masih Perawan

Pekan lalu, Taliban menuntut adanya penarikan seluruh pasukan asing dari Afghanistan, dan menyerukan warga agar memboikot pemilihan parlemen 20 Oktober mendatang.

Tercatat 8.050 warga Afghanistan tewas selama sembilan bulan pertama di 2018 akibat bom bunuh diri maupun serangan bersenjata merujuk kepada laporan PBB.

PERBEDAAN TALIBAN, AL-QAEDA, DAN ISIS

Meskipun terlihat mirip, ternyata mereka memiliki padangan yang berbeda secara signifikan.

Jadi, apa perbedaan antara ketiga kelompok teroris terkemuka ini?

Ini penjelasannya dilansir dari forces.net.

Al-Qaeda

Al-Qaeda mengikuti Wahhabisme,  bentuk ekstrim dari Islam Sunni yang menekankan interpretasi literal dari Quran.

Kelompok ini didirikan pada tahun 1988 di Pakistan oleh Osama Bin Laden dan Mohammad Atif sesaat sebelum pasukan Soviet menarik diri dari tetangganya Afghanistan.

Al-Qaeda berarti 'fondasi' dalam bahasa Arab dan mereka percaya bahwa mereka harus menggunakan Jihad untuk memobilisasi variasi Islam mereka.

Mereka percaya pada konsep 'jihad defensif'.

Dengan kata lain, adalah jika ada seorang Muslim yang melawan mereka, mereka mungkin dipandang sebagai lawan Islam juga.

Salah satu aksi al-Qaeda yang paling terkenal adalah serangan teroris 9/11 pada tahun 2001 di New York yang menewaskan 2.977 orang.

Kelompok ini memandang Barat dan budaya lainnya sebagai ancaman terhadap Islam, dan tujuan utamanya adalah mendirikan negara Islam berdasarkan hukum Syariah.

Taliban

Taliban berbeda dari al-Qaeda karena banyak dari prinsip-prinsip mereka berasal dari cara hidup suku Pashtun tradisional di Afghanistan, meskipun keduanya mempraktekkan cabang-cabang Islam Sunni.

Kelompok ini menjadi terkenal di Afghanistan pada musim gugur 1994 dan memerintah di negara itu selama 5 tahun, dari 1996 sampai 2001.

Taliban berarti 'mahasiswa' dalam bahasa Arab dan secara luas berspekulasi bahwa kelompok ini pertama kali muncul dari seminari keagamaan yang mengajarkan variasi ketat Sunni Islam.

Mereka awalnya berjanji untuk memulihkan perdamaian dan keamanan melalui hukum Syariah di daerah Pashtun di Pakistan dan Afghanistan.

Namun, kelompok ini memberlakukan undang-undang yang sangat ketat. Contoh perempuan di atas usia 10 tahun dilarang menerima pendidikan, menonton televisi, dan menggunakan media sosial.

ISIS

ISIS atau Negara Islam tersebut didirikan pada tahun 2014, dalam beberapa minggu setelah Mosul ditangkap ketika komandan Taliban membelot dan bersumpah setia kepada pemimpin IS Abu Bakr al-Baghdadi.

Para komandan pemberontak kebanyakan adalah mereka yang tidak puas dengan kepemimpinan Mullah Mohammed Omar, yang pada saat itu memimpin Taliban.

Meskipun media banyak menceritakan kisah-kisah ISIS selama beberapa tahun terakhir, tapi untuk saat ini kelompok Talibanlah yang masih memiliki pengikut lebih besar.

Hanya saja, kelompok-kelompok Taliban mengajarkan bentuk cabang Deobandi yang sebenarnya tidak begitu ekstrim untuk dipraktekkan dibanding apa yang telah dilakukan ISIS dan al-Qaeda.

Lalu jika Taliban dan al-Qaeda lebih berlatih perang gerilya, taktik SIS jauh lebih mirip dengan pasukan militer biasa. Inilah yang membuat mereka sangat sulit untuk menghadapi.

ISIS juga telah berhasil memanfaatkan kekuatan media sosial dengan cara yang tidak dimiliki kelompok teroris sebelumnya.

Dengan menggunakan YouTube, Twitter, dan WhatsApp, kelompok ini mampu menyebarkan propaganda teroris yang mengundang orang-orang muda untuk bergabung dengan mereka dalam perjuangan melawan budaya Barat.