Find Us On Social Media :

Migrasi Orang Jawa ke Suriname: dari Kena Sirep hingga Diimingi Janji Gombal

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 12 Oktober 2018 | 20:00 WIB

Selama beberapa tahun kemudian para tuan tanah itu mengajukan permohonan kepada pemerintah Belanda agar diizinkan mengangkut buruh tani dari Jawa.

Semula pemerintah Belanda menolak, dengan alasan buruh-buruh murah meriah itu masih dibutuhkan tenaganya di Hindia Belanda.

Namun, akibat desakan para tuan tanah, akhirnya pada tahun 1889 pemerintah Belanda memberi izin percobaan kepada Nederlandsche Handels Maatschappij, Perusahaan Dagang Belanda, untuk mendatangkan 100 orang kuli kontrak dari Jawa.

Baca Juga : Fakta-fakta Unik tentang Paspor: Kekuatan Paspor Indonesia Setara Suriname, Senegal, Papua Nugini dan Uganda

Usaha mencari buruh di Jawa yang bersedia diangkut ke Suriname rupanya bukan pekerjaan mudah. Selama setahun, mereka akhirnya baru mampu mengumpulkan 61 pria, 31 wanita dan 2 anak-anak. Jadi carma 94 orang.

Rombongan buruh Jawa pertama ini diberangkatkan pada tanggal 9 Agustus 1890 dengan kapal laut. Mereka tiba di perkebunan di Marienburg sekitar bulan Oktober 1890.

Rombongan awal ini sesungguhnya merupakan uji coba, apakah buruh Jawa cocok dipekerjakan di Suriname atau tidak. Baru setelah 4 tahun, kompeni rupanya menganggap mereka cukup memuaskan.

Sehingga tahun 1894, diberangkatkan lagi rombongan kedua dengan jumlah hampir enam kali lipatnya.

Baca Juga : Raymond Sapoen, Capres Suriname Asal Banyumas

Mulutnya komat-kamit

Sejak itulah dimulai arus imigrasi tenaga murah Jawa ke Suriname. Puluhan ribu buruh Jawa kemudian diangkut ke sepetak noktah kecil di daratan Amerika Selatan yang amat luas itu.

Untuk mendapatkan tenaga murah itu, di Jawa, Belanda menyebar sejumlah werek, calo tenaga kerja, untuk menjaring calon kuli kontrak sebanyak mungkin.