Find Us On Social Media :

Dihujani Roket Khmer Merah di Sungai Mekong Segera Saja Paspor dan Surat Penting Dibagikan

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 21 Oktober 2018 | 09:30 WIB

Intisari-Online.com – Kita sering mendengar keangkeran Sungai Mekong. Tanggal 22 Juni yang lalu (tulisan ini dimuat di Majalah iIntisari edisi September 1974) kapal yang ditumpangi sdr Poedjo Poernomo diroket oleh Khmer Merah di sini sehingga lantainya  berlubang tidak kurang dari 98 buah.

Kapten kapal yang berasal dari Manado sampai mendaftarkan diri jadi pilot bayaran untuk membalas dendam. Sdr. P. Poernomo menceriterakan pengalamannya, dalam tulisan Dihujani Rocket Khmer Merah di Sungai Mekong.

Di kapal  yang berbendera Panama ini saya mendapat jabatan sebagai perwira III, orang ketiga sesudah kapten kapal. Anak buahnya terdiri dari orang-orang Indonesia, Kamboja dan Singapura.

Pemandangan yang menarik perhatian saya dari kapal ini adalah karung-karung pasir yang memenuhi anjungan tempat perwira dan jurumudi mengemudikan  kapal. Saya tebak pastilah kapal ini masuk daerah berbahaya, daerah perang Kamboja.

Baca Juga : Ketika Perang Vietnam, Benarkah Gerilyawan Viet Cong Takut Kegelapan?

Padahal saya sendiri belum tahu bahwa kapal ini akan masuk daerah gawat.

Rumah dan sampan mesti pakai bendera

Kapal berlabuh di Vung Tau, di pantai Vietnam "Selatan setelah 3 hari mengarungi laut Cina. Satu hari satu malam kami di Vung Tau tapi sayarig tidak diijinkan turun ke darat karena daerahnya tertutup.

Selesai pemeriksaan pabean, imigrasi dan pandu naik, berangkatlah kami meneruskan pelayaran ke Saigon menyusuri sungai Saigon. Di kiri kanan sungai yang berkelok-kelok sepanjang mata memandang hanya terlihat tanah gundul bekas pemboman pesawat terbang Amerika.

Baca Juga : Simpan Gaji 5 Bulan dan Terbang dari Vietnam ke Singapura Demi Beli iPhone untuk Pacarnya, Pria Ini Malah Ditipu

Pilot yang menjadi penunjuk kami Mr. Van Tot seorang Vietnam Selatan menceriterakan mengenai Viet-Cong dalam bahasa Inggeris logat Vietnam. Sedangkan jurumudi berbangsa Khmer menceriterakan mengenai perang saudara di negerinya.

Agak ngeri juga saya mendengarnya karena saat itu saya bertugas sebagai perwira jaga di anjungan.'

Di sela-sela luasnya padang gundul nampak sekelompok rumah berkibarkan bendera. Rumah yang tidak mempunyai bendera cukup melukiskan pada pintu atau atap rumah yang biasanya terbuat dari seng lambang bendera Vietnam Selatan, segiempat kuning dengan 3 strip merah melajur datar.