Find Us On Social Media :

Miftahul Jannah Didiskualifikasi karena Pakai Hijab, Aturan Judo Internasional: Kain di Leher Bisa Membahayakan

By Aulia Dian Permata, Selasa, 9 Oktober 2018 | 17:00 WIB

Intisari-Online.com - Miftahul Jannah, atlet judo dari tim Indonesia di Asian Para Games 20018 terpaksa tidak bisa melanjutkan pertandingan.

Miftah dijadwalkan bertanding di nomor 52 kilogram dalam kategori low vision (kemampuan penglihatan rendah) menghadapi judoka asal Mongolia, Oyun Gantulga.

Namun, jelang pertandingan dimulai Miftahul Jannah diminta melepas hijabnya karena alasan keamanan dan peraturan Judo internasional.

Karena Miftah menolaknya, ia kemudian didiskualifikasi.

Baca Juga : Bagi Vladimir Putin, Judo Bukan Sekedar Olahraga Tetapi Sebuah Filosofi dan Cara Mendisiplinkan Dirinya

Banyak yang menilai insiden itu adalah diskriminasi pada atlet tertentu. Padahal tidak, itu sudah aturan yang disetujui secara internasional dan demi keselamatan pemain.

Pelatih atlet judo Para Games sebenarnya telah diberitahu tentang aturan itu. Aturan ditulis dalam bahasa Inggris, sayangnya pelatih judo tidak terlalu fasih berbahasa Inggris.

Ini yang membuat Miftah tidak tahu aturan ini.

Dalam aturan federasi judo internasional, ada artikel 4.4 yang menyebutkan bahwa bagian kepala dan leher tidak boleh ditutup kecuali untuk alasan medis dan ada pula aturan kerapian kepala.

Baca Juga : Monas Akan Kehilangan Bayangan Selama 3 Hari Mulai Hari Ini

Bunyi dari artikel empat poin empat (4.4) adalah:

"Rambut panjang harus diikat sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada kontestan lainnya. Rambut harus diikat dengan pita rambut yang terbuat dari karet atau bahan sejenis dan tidak ada komponen kaku atau logam. Kepala tidak boleh ditutupi kecuali untuk pembalutan yang bersifat medis, yang harus mematuhi aturan kerapian kepala."

Kenapa leher dan kepala sebaiknya tidak ditutup?

Dalam judo, posisi kuda-kuda pertama adalah dua pemain saling berhadapan memegang kerah kostum lawan.

Lalu setelah pertandingan dimulai, kedua pemain akan saling berusaha menjatuhkan lawan sambil tangan mereka masih menarik kerah.

Baca Juga : WhatsApp Akan Luncurkan Fitur Baru yang Akan Membuatnya Dibenci Pengguna

Hal ini tentu berbahaya jika hijab tetap digunakan, ada kemungkinan hijab akan ikut tertarik dan pemain malah tercekik.

Risikonya jadi lebih besar kalau sampai pemain kesulitan bernapas.

Apalagi dalam judo Para Games kategori penglihatan rendah, pemain tidak bisa melihat lawannya dengan jelas.

Hingga sangat kecil kemungkinan mereka sadar bahwa sebenarnya kain hijab ikut tertarik dan bukan hanya kerah pakaian.

Kejadian serupa pernah dialami oleh judoka Arab Saudi Wojdan Shaherkani pada Olimpiade tahun 2012 di London.

Shaherkani diminta melepas hijabnya dan menggantinya dengan penutup kepala.

Rambutnya ia ikat dan tutupi dengan penutup kepala sementara bagian lehernya tidak tertutup.

Kala itu, alasan keamanan juga menjadi pertimbangan penyelenggara Olimpiade London.

Baca Juga : Minum Soda Api, Bunda Ranie Mati Suri dan Melihat Tubuhnya Sendiri