Find Us On Social Media :

Pesawat yang Tiba-tiba Hilang dari Radar saat Melintasi Kalimantan Timur, Mungkinkah Disembunyikan Hantu?

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 26 September 2018 | 21:15 WIB

Baca Juga : Sudah Beli Tiket Penumpang Ini Tak Kebagian Kursi di Pesawat, Begini Tanggapan Lion Air

Karena gelombang-gelombang awan raksasa yang ditiup angin kencang itu membawa hujan besar dan geledek, hati saya kecut. Daripada diterkam badai, saya putuskan untuk menghindar ke kiri (Barat) sampai di kompas terbaca 270.

Untuk menghadapi cuaca buruk, ada beberapa cara. Yang bisa dilakukan ialah: bertahan pada ketinggian tertentu, mengurangi kecepatan untuk mengurangi bantingan aliran vertikal, lalu menghindari daerah aktif menuruti sinyal-sinyal di layar radar.

Namun, pesawat kecil biasanya tidak dipasangi radar, jadi hanya mengandalkan keterampilan penerbang.

Saya turun terus sampai di bawah 1.000 kaki, yaitu sampai terlihat apa yang ada di bawah awan raksasa. Saya kenal betul medan di sini, sebab setiap hari dua kali saya melewatinya.  Rute kami yang biasa ialah: Tarakan-Berau-Samarinda-Berau-Tarakan-Tawau (Malaysia Timur)-Tarakan.

Baca Juga : Dijadikan 'Tameng' oleh F-16 Israel, Pesawat Rusia Jatuh Tertembak Rudal Suriah

Daerah yang bergunung-gunung masih kira-kira 100 km lagi ke arah utara, jadi tidak ada kekhawatiran akan menabrak bukit.

Kami kini berada di bawah awan-awan Charlie Bravo atau cumulo nimbus. Hujan deras turun disertai angin kencang sehingga  pesawat terombang-ambing. Saya mencoba terbang lebih rendah lagi untuk menghindarkan diri dari curahan air yang seperti air terjun. Saya terbang ke sebelah barat, kira-kira 15 mil dari lintasan yang betul.

Pesawat melintasi daerah sebelah timur Muara Wahau, melalui ratusan kilometer hutan belantara tanpa penghuni. Ada bekas-bekas kamp penebangan kayu yang telah lama ditinggalkan.

Selama itu saya memantau komunikasi pada SSB Frekuensi 6554 BERAU RADIO. Saya  mengetahui di Berau cuacanya bagus, tidak ada lalu-lintas pesawat dari arah yang berlawanan. Pemantauan saya lakukan terus-menerus sejak lima menit setelah lepas landas dari Temindung.

Baca Juga : Tak Melulu Tragis, Kecelakaan Pesawat Juga Bisa Punya Kisah Lucu, Salah Satunya Jatuh di Tengah Hajatan

Sekitar waktu itu saya dengar Merpati 416 memanggil-manggil BERAU RADIO, mengatakan pesawat itu bertahan pada ketinggian 7.000 kaki dan memberikan ancar-ancar kedatangan (ETA) di Berau pada pukul 0680 Z (GMT) atau waktu setempat pukul 14.08.