Find Us On Social Media :

Arab Saudi Siap Impor Senjata dari Jerman, 'Krisis Kemanusiaan Terburuk di Dunia' Semakin Mengkhawatirkan

By Intisari Online, Jumat, 21 September 2018 | 08:30 WIB

Intisari-Online.com - Sebuah dokumen pemerintah menunjukkan bahwa Jerman telah menyepakati pengiriman persenjataan ke Arab Saudi.

Hal tersebut berlawanan dengan laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa Jerman akan menghentikan penjualan senjata ke negara-negara yang terlibat dalam peperangan di Yaman.

Otoritas Jerman telah menandatangani pengiriman empat sistem penempatan artileri, sebagaimana diungkapkan Menteri Ekonomi Peter Altmaier dalam suratnya kepada parlemen.

Pengiriman senjata tersebut termasuk mesin yang dipasang di kendaraan yang dapat menemukan lokasi tembakan musuh dan memungkinkan serangan balik yang akurat.

Baca Juga : Angel Lelga Dikabarkan Gugat Cerai Vicky Prasetyo, Ini 7 Jenis Suami yang Bikin Istri Ingin Bercerai

Ini adalah yang pertama kalinya dikirim ke Riyadh sejak Maret, saat koalisi Kanselir Angela Merkel mengumumkan larangan penjualan senjata oleh Jerman ke negara-negara yang terlibat konflik di Yaman.

Sebelumnya, langkah serupa juga dilakukan Spanyol yang melanjutkan rencana pengiriman 400 rudal kendali lasernya ke Riyadh, meski ada kekhawatiran akan peran Kerajaan Saudi dalam konflik berdarah di Yaman.

"Pada akhirnya keputusannya adalah untuk mengirimkan rudal-rudal ini untuk menghormati kontrak yang disepakati pemerintah sebelumnya dari tahun 2015," kata Menteri Luar Negeri Spanyol, Josep Borrell.

Madrid sempat mempertimbangkan membatalkan kesepakatan penjualan rudal dan mengembalikan dana 9,2 juta euro (sekitar Rp 159 miliar) yang sudah dibayarkan Saudi.

Baca Juga : Penjara Indonesia Penuh Narapidana, Penjara Belanda Malah Butuh Napi Karena Kosong Melompong

Organisasi non-pemerintah, Amnesty International menyebut Spanyol termasuk salah satu eksportif persenjataan terbesar ke Arab Saudi.

Organisasi itu bersama kelompok hak asasi manusia lainnya, telah mendesak kepada Spanyol untuk menghentikan penjualan senjatanya kepada Arab Saudi dan Israel, yang diyakini sering menggunakan senjata tersebut untuk melawan warga sipil.

Arab Saudi bersama dengan Uni Emirat Arab dan negara sekutu lainnya yang tergabung dalam koalisi telah mengintervensi konflik di Yaman sejak 2015, setelah kelompok Houthi mengusir pemerintahan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi dari ibu kota Sanaa dan menguasai sebagian wilayah negara itu.