Find Us On Social Media :

Tak Hanya Timbulkan Bencana, Gempa Bumi Munculkan 'Keganjilan-keganjilan yang Aneh'

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 20 September 2018 | 12:30 WIB

Intisari-Online.com – 18 April 1966 suatu gempa bumi yang dahsyat terjadi di San Fransisco. Dalam peristiwa yang menyedihkan itu banyak terjadi hal-hal yang bagi penduduk kota itu sendiri tidak lucu atau aneh, tapi bagi kita, menarik perhatian karena keganjilannya.

Petikan peristiwa tersebut pernah dituliskan dalam Majalah Intisari edisi Oktober 1966, dengan judul asli Reaksi-reaksi Aneh Manusia dalam Bencana.

Ketika fajar mulai mendatang pagi itu, tampak beratus-ratus burung beterbangan dari sarang, melayang-layang di udara sambil menjerit-jerit. Seolah olah takut bertengger di tempat mereka.

Di dalam kamarnya, di Universitas Stanford, filsuf dan ahli psikologii, William James, membuka mata dan menatap langit biru lewat jendela, lalu melihat arlojinya. Pukul 5.13. Ia hampir bangkit ketika tiba-tiba suara gemuruh memenuhi udara.

Baca Juga : Dari Jersey Jojo hingga Raket Kevin/Markus, Inilah Hasil Lelang Perlengkapan Atlet Asian Games untuk Korban Gempa Lombok

Tempat tidur bergoyang-goyang. Juga meja kursi bergerak-gerak. “Astaga" kata filsuf itu, “Inilah dia achirnya.”  Memang orang tua itu telah menantikan.

Ia berjanji tidak akan meninggalkan San Francisco sebelum mengalami suatu gempa bumi disitu. Dengan bertopang pada tangannya ia duduk, kemudian berlutut. Penuh-penuh ia mau menikmati peristiwa itu.

Tetapi tiba-tiba ia jatuh tersungkur, hidungnya mencium lantai. Satu goncangan yang hebat telah terjadi.

**

Ketika orang-orang berhumbalangan lari keluar Hotel Palace, pemimpin orkes Hertz yang malam harinya bermain di Opera House, bertabrakan dengan sesosok tubuh tertutup mantel kulit binatang.

Baca Juga : Gempa Berskala 5,8 SR Guncang Yogyakarta, Ini Analisis Penyebabnya

“Oh, Alfredo, kita semua mampus". Itulah suara Caruso, penyanyi tenar Italia yang dalam rombongan Opera Metropolitan dari New York telah tiba di situ dan telah mementaskan opera “Carmen".

Kedua artis itu saling berdempetan, menantikan akhir jaman. Tiba-tiba Caruso tarik suara. Selantun nada-nada pertama ari “Rigoletto" menggetar di tengah hiruk pikuk itu. Kawannya menatap Caruso dengan tercengang-cengang.