Find Us On Social Media :

Kisah Istri Raja Kokain Pablo Escobar, Nasibnya Terombang-Ambing Setelah Suaminya Terbunuh

By Afif Khoirul M, Rabu, 19 September 2018 | 11:00 WIB

Ketika menggambarkan almarhum suaminya, seolah Henao melihat sosok orang yang jauh dari kata kriminal.

Baca Juga : Saat 515 Peluru Memberondong Sudut Penjara, Begitulah Mengerikannya Tragedi Mematikan Carandiru 1992 di Brasil

Seolah Escobar adalah sosok yang lembut, berbakti pada keluarga, dan penuh kasih sayang.

Namun, penggambaran tersebut hanyalah sisi lain dari Escobar, pada kenyataan sebenarnya ia adalah raja kokain kelas dunia, gembong narkoba paling ditakuti di masanya, dan pemimpin Kartel Medellin.

Hal itu-pun pada akhirnya harus membuat Henao berurusan dengan pembunuhan, keluarganya yang hancur dan nasibnya yang terombang-ambing.

Setelah kematian Escobar, Henao bersama anak-anaknya diam-diam penuh ketakutan dan meratapi sebuah kehilangan.

Baca Juga : Puasa Asyura Jatuh pada Kamis: Ini 5 Manfaat Luar Biasa Puasa Bagi Tubuh

Ketika polisi Kolombia menyerbu Kertel Medellin dan mengambil segalanya setelah rajanya jatuh, Henao bersama kedua anaknya mengemasi barang-barang mereka.

Mereka mencari tempat yang aman untuk menetap, namun sayang ketika di Jerman dan Mozambik permintaan mereka di tolak.

Namun, akhirnya mereka berhasil menetap di Argentina, di mana mereka secara diam-diam menjani kehidupan secara normal.

Mengganti namanya menjadi Henao Vallejos atau Maria Isabel Santos Caballero.

Lalu, pada tahun 1999 Maria Victoria Henao dan putranya Juan Pablo, ditangkap karena dicurigai melakukan pencucian uang dan dipenjara di Argentina selama beberapa bulan.

Setelah ia bebas, Henao berbicara pada pers mengatakan bahwa mereka ditangkap karena siapa identitasnya, bukan karena apa yang ia lakukan.

"Saya ditangkap dan ditahan di Argentina, namun saya adalah orang Kolombia, istri dari Escobar, mereka menginginkan itu karena Argentina mencoba memerangi perdagangan narkoba" katanya.

Namun, semenjak itu Henao tidak lagi menjadi sorotan, ia lebih memilih hidup sendiri di Argentina untuk mulai meninggalkan kehidupannya di Kolombia.