Find Us On Social Media :

Menjelang G30S PKI, Pesta di Kedutaan Tanpa Membayangkan yang Terjadi Setelahnya

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 12 September 2018 | 22:00 WIB

Intisari-Online.com – Ternyata banyak juga orang yang sudah lupa pada keadaan waktu itu. Buktinya waktu kami tanyakan kepada beberapa orang berapa gaji mereka waktu itu, banyak yang tidak tahu.

Mungkin setelah membaca tulisan ini Anda juga heran betapa cepatnya kita lupa, atau memang pada waktu itu Anda masih terlalu muda untuk meresapi keadaan.

Namun yang menyedihkan ialah betapa sedikitnya kita mempunyai catatan tertulis mengenai keadaan waktu itu. Bahkan arsip koran saja di tempat yang seharusnya ada, ternyata juga kosong. Mungkin penulis sejarah kelak harus terpaksa ke Cornell University di AS atau ke tempat lain di luar negeri.

Berikut ini tulisan Siswadhi, Hari-hari Sekitar Tanggal 30 September 15 Tahun  yang Lalu, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 1980.

Baca Juga : Seandainya Tokoh-tokoh PKI Lebih Cepat Bertindak, Entah Apa Jadinya Kota Yogyakarta

Tiga puluh September 1965, malam berdarah yang akan mengubah jalannya sejarah dan nasib Bangsa dan Negara Indonesia secara dirastis tiada bedanya dengan malam lain. Tiada tanda-tanda bahwa malam itu akan membawa malapetaka yang hampir mengakibatkan kehancuran total.

John Hughes; wartawan Christian Science Monitor dalam bukunya The End of Sukarno (kemudian juga diterbitkan dengan judul Indonesia Upheaval) menuliskan kesan-kesannya sebagai berikut :

"Waktu panas hari telah surut, suatu senja berkabut biru meliputi Ibukota Indonesia dalam masa antara yang singkat tapi menyenangkan sebelum kekelaman tropik tiba melanda. Bulan yang terbit setelah tibanya malam tampak penuh kedamaian, pucat dan purnama.

Manakala uap bensin siang hari itu menipis, udara malam mengantar dengan harum yang khas Indonesia, suatu paduan eksotik dari melati kemboja, dan asap rokok kretek, yang tembakaunya dicampuri irisan cengkeh.

Baca Juga : Prahara Karnah Soekarta, Penyumbang Medali Asian Games yang Dituduh PKI hingga Alami Keajaiban Berganti Kelamin

Dalam cahaya terang benderang siang hari, Jakarta bukanlah salah satu kota Indonesia yang paling menarik.

Pudar dan berdebu di bawah matahari khatulistiwa, kota itu terletak di dataran rendah yang berawa-rawa, suatu gerbang yang kurang bermutu untuk mengantar orang ke negeri hijau subur dengan keindahan yang mempesona.

Sewaktu Belanda menjajah Indonesia mereka mencoba membentuk ibukotanya menurut contoh sebuah kota kecil sejuk yang mereka tinggalkan di negerinya sendiri.