Find Us On Social Media :

14 Tahun Pembunuhan Munir: Jemputan Terakhir untuk Munir yang Tak Kunjung Datang

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 7 September 2018 | 11:45 WIB

Baca Juga : Kasus Munir Adalah Tantangan Bagi Jokowi

Tapi kemudian saya membatalkan dan cukup membeli karcis sekali jalan saja. Pikir saya, siapa tahu harus mengantar Munir ke Utrecht atau ke Almere tempat Munir sekolah mengambil gelar master. Ternyata, saya memang tidak pulang lewat stasiun yang sama.

Angin bulan September membawa gigil hingga ke tulang. Walaupun sudah lebih dari pukul 06.00 tapi masih gelap sebab di Belanda sudah memasuki musim gugur.

Nanti kalau saya ketemu Munir saya akan bilang begini ke dia, "Kalau bukan kamu, saya enggak mau jemput. Lha dingin sekali."  Saking dinginnya, teh hangat yang saya bawa hanya sanggup menghangatkan badan sementara.

Tiba di Schiphol masih terlalu pagi. Pesawat Garuda yang saya tunggu masih belum mendarat. Namun tidak terlalu lama, papan pengumuman elektrik bandara memberitahu jika Garuda sudah mendarat, saya raba roti tuna jatah Munir di tas, hmm... selamat datang di Belanda.

Baca Juga : Mun'im Idries Masih Penasaran dengan Kematian Munir

Saya menunggu Munir di pintu kedatangan. Saya membayangkan dia keluar mendorong troli sambil cengar-cengir seperti biasa. Hampir satu setengah jam menunggu, saya mulai bertanya-tanya dalam hati, kenapa penumpang Garuda belum juga muncul.

Awalnya saya pikir, mungkin masih antre di imigrasi, terus ambil bagasi dan mengurus keperluan lain di kedatangan. Tapi herannya kenapa tak satu pun penumpang Garuda keluar. Mungkinkah antrean di imigrasi panjang sekali?

Tiba-tiba ada pengumuman dalam bahasa Belanda yang menyebutkan kata "Munir". Waktu itu bahasa Belanda saya masih belepotan, jadi saya tidak tahu apa yang sebetulnya diumumkan.

Saya hanya bergumam, Munir belum keluar kenapa mesti diminta ke Informasi? Ternyata pengumumannya berbunyi: "Bagi siapa yang menjemput Munir, harap menghubungi meja informasi."

Baca Juga : Bunuh dan Simpan Jasad Istrinya Dalam Freezer, Pria Ini Divonis Hukuman Mati

Setelah lama sekali menunggu barulah keluar satu dua penumpang Garuda. Saya yakin itu karena mereka orang Indonesia. Tapi kemudian ada jeda lagi dengan jarak yang sangat lama, baru keluar lagi penumpang.

Di antara penantian itu, tiba-tiba Poengky menelepon menanyakan saya sedang berada di mana. Suara Poengky sepertinya bingung dan panik. Dia ingin memastikan apakah saya sudah bertemu Munir di Schiphol, karena di Jakarta ada informasi bahwa Munir meninggal di pesawat dalam perjalanan dari Singapura ke Belanda.

"Mungkin rumor, mengingat tekanan ke Munir sebelum dia berangkat, tolong carikan informasi ya, Mbak," pintanya.

 Baca Juga : Prajuritnya Dihukum Mati karena Tak Mau Turuti Perintahnya, Bung Karno Merasa Bersalah Seumur Hidup