Find Us On Social Media :

Bisakah Vagina Mengalami Depresi? Bagaimana Wujudnya?

By Moh Habib Asyhad, Sabtu, 3 Juni 2017 | 19:00 WIB

Bisakah vagina mengalami depresi?

Sebagai hasil dari kesulitan diagonisis, di samping ketidaknyamanan biasa yang terjadi pada vagina dan vulva, banyak perempuan berjuang dengan vulvodynia dalam diam, tak mendapatkan pertolongan lebih-lebih perawatan.

Ironisnya, tak banyak dokter yang mengenali gangguan ini sebagai gangguan medis yang mesti diatasi. Tak menunjukkan gejala-gejala fisik, perempuan dengan vulvodynia baru sadar ketika ada nyeri di vaginanya.

Ketika gangguan ini menyerang, seks terasa menyakitkan, masturbasi tak kalah menakutkan, dan orang-orang yang menderita vulvodynia akhirnya akan benar-benar kehilangan kenyamanan dalam kehidupan seksual mereka.

Maka, beruntunglah Anda yang menemukan dokter yang tepat.

Meski demikian, masalah bukannya tanpa solusi. Bisa dengan gel khusus, pengobatan, fisioterapi, peluma, juga dengan operasi.

Tapi yang jelas, dalam kasus ini dokter juga akan meresepkan antidepresan.

Ini bukan karena vagina telah kehilangan akal sehat melainkan efek nyeri yang ditimbulkan.

(Baca juga: Pernah Teliti Komunitas Muslim di Seluruh Dunia, Inilah Perempuan Berjilbab Pertama di Gedung Putih)

Ingat, antidpresan terbukti efektif dalam mengobati nyeri saraf. Jadi, meski bukan penggunaan antidepresan utama, jenis obat ini bisa digunakan untuk mengatasi depresi pada vagina kita—yang berarti rasa sakit atau nyeri yang terus-menerus.

Tentu, antidepresan juga bagus untuk mengatasi efek samping vulvodynia—frustrasi, stres, dan hilangnya libido. Antidepresan adalah pil multitalen.

Tapi yang menjadi persoalan utama bukan bagaimana merawat dan menyebuhkannya. Ini soal, bahwa nyeri dan depresi pada vagina itu nyata, dan dokter harus bisa membuat diagnosisnya.