Find Us On Social Media :

Posisi Bulan pada 2017 – 2022 Dukung Keseragaman, Awal Puasa dan Lebaran akan ‘Kompak’

By Ade Sulaeman, Selasa, 23 Mei 2017 | 14:00 WIB

Tim rukyah Pamekasan gagal melihat hilal atau bulan baru karena terhalang mendung pekat.

Intisari-Online.com - Perbedaan awal bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha kerap terjadi di Indonesia.

Bagaimana dengan tahun ini? Mungkinkah perbedaan itu akan terjadi?

(Baca juga: Sebentar Lagi Bulan Puasa, Yuk Belajar Mengolah Kolang-kaling supaya Lebih Tahan Lama)

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa pada tahun 2017 hingga 2022, awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha kemungkinan besar akan sama.

Posisi bulan di langit saat awal bulan komariah pada tahun tersebut cukup mendukung keseragaman hari-hari penting bagi umat muslim.

"Sampai tahun 2021, posisi bulan di luar 0-2 derajat. Jadi, ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan sama," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/5/2017).

Selama ini, ada dua cara penetapan awal puasa dan lebaran. Cara pertama adalah perhitungan astronomis saja dan cara kedua disertai pengamatan secara langsung.

(Baca juga: Sesekali Kita Perlu Puasa Media Sosial)

Ada dua syarat sehingga hilal - bulan sabit sangat tipis penanda awal bulan komariah - dinyatakan sah dan bisa jadi tanda awal bulan.

Pertama, hilal harus cukup tebal dan menonjol di tengah cahaya senja. Kedua, hilal harus cukup tinggi sehingga cahayanya tidak pudar oleh pengaruh matahari senja.

"Selama ini perbedaan muncul karena posisi bulan antara 0 - 2 derajat sehingga tidak bisa teramati secara langsung perhitungan astronomis sudah menunjukkan hilal tampak," ungkap Thomas.

Menurut Thomas, pada awal Ramadhan 2017, posisi bulan diperkirakan sudah pada ketinggian 7 - 8 derajat dari ufuk sehingga akan mudah terlihat. Sementara, saat Lebaran, ketinggian diprediksi 2-3 derajat.