Find Us On Social Media :

Perhatian Bagi Orangtua, Anak 9 Tahun pun Bisa Terkena Stroke, Ini Ciri-cirinya

By Moh Habib Asyhad, Senin, 22 Mei 2017 | 16:30 WIB

Anak 9 tahun pun bisa terkena stroke

Intisari-Online.com – Makan malam keluarga Kate dan Michael Poret serta keempat anaknya malam itu berubah menjadi kegawatdaruratan.

Saat itu 2 April 2016, saat keluarga itu sedang makan, anak laki-laki mereka yang berusia 8 tahun, Noah, tiba-tiba mengeluh bahwa lengan kanannya kesemutan.

Kemudian malam hari, sisi kanan wajah Noah mulai terkulai, dan “ia mulai tidak masuk akal,” kata ibunya.

Lalu sang ibu mencari gejalanya yang dialami anaknya itu secara online, satu diagnosis terus bermunculan.

(Baca juga: Katanya Siap Menghadapi China, Tapi Kenapa AS Malah Tempatkan Jet Silumannya Di Dekat Indonesia?)

“Gejalanya seperti stroke pada orang dewasa, dan saya pikir, yah, ia bukan orang dewasa, jadi saya tidak berpikir ia mengalami stroke,” kata Kate Poret, 33, pada today.com.

Tapi, Noah, anak yang sehat sempurna sampat saat itu, benar-benar mengalami stroke berat. Porets, yang tinggal di Texarkana, Texas, bergegas membawa Noah ke ruang gawat darurat setempat, lalu menuju ke Children’s Medical Center di Dallas.

Noah menghabiskan lebih dari dua minggu di unit perawatan intensif, masuk dan keluar dari kesadaran, dan menderita lebih banyak stroke.

Ia memiliki lima stroke: satu stroke kecil sebelum 2 April, namun tidak ada yang tahu hingga terungkap pada scan, lalu stroke utama selama makan malam keluarga, dan tiga lagi setelah itu.

Meskipun kita berpikir bahwa stroke hanya dialami oleh orang tua saja, tetapi ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk bayi, anak-anak dan remaja, demikian menurut National Stroke Association.

Stroke adalah salah satu dari 10 penyebab kematian pada anak-anak.

Anak laki-laki dan anak-anak Afrika-Amerika memiliki risiko lebih tinggi, dan stroke pada anak-anak sedikit lebih umum diderita pada anak di bawah usia 2 tahun, demikian menurut asosiasi tersebut.

Faktor risiko yang umum terjadi pada anak-anak termasuk cacat jantung bawaan, trauma kepala atau leher, dan gangguan kekebalan tubuh.

Dalam kasus Noah, stroke yang dialaminya disebbakan oleh Moyamoya, kelainan serebrovaskular yang jarang terjadi yang disebabkan oleh arteri tersumbat di dasar otak.

Sayangnya, dokter sama sekali tidak tahu penyebabnya mengapa ia memiliki penyakit tersebut.

Hampir dua bulan setelah serangan mayor Noah, ahli bedah mengambil arteri dari kulit kepalanya dan meletakkannya di permukaan otaknya untuk memberi makan lebih banyak darah, sebuah operasi yang dikenal sebagai encephalo-duro-arterio-synangiosis (EDAS).

(Baca juga: Kecil-kecil Sudah Jadi Pengusaha: Kisah 2 Bocah SD di Bandar Lampung yang Berpenghasilan Jutaan Rupiah dari Jualan di Media Sosial)

Noah menjalani operasi otak pada Mei 2016. Rehabilitasi membantu Noah berjalan dan berbicara lagi.

Tapi stroke tersebut memiliki dampak besar pada Noah, yang dulunya adalah seorang murid yang populer dan aktif dalam berolahraga.

Prestasi akademisnya berubah, ia juga tidak bisa bermain olah raga karena risiko cedera kepala dan peka terhadap suara keras. Kepribadiannya juga berubah, kata ibunya.

Kini, Noah tidak suka bersosialisasi dengan teman-temannya karena takut diolok-olok jalannya yang menjadi jauh lebih lambat.

Kadang-kadang ia juga sedikit lebih marah daripada biasanya. Jelas ibunya.

Kehidupan keluarga tersebut berubah drastis juga, dengan jadwal Noah yang dipenuhi dengan obat-obatan, janji dokter, dan pemindaian.

Prognosisnya tidak diketahui, tapi Noah telah kembali ke sekolah dan menyelesaikan kelasnya.

Ibunya ingin agar orangtua mengetahui bahwa stroke bisa terjadi pada anak-anak dan harus waspada terhadap gejala, yang bisa tidak terlihat dan tidak dikenali untuk waktu yang lama.

(Baca juga: Malangnya Didin, Gara Gara Menangkap Cacing Terancam Penjara 10 Tahun)

Berikut ini adalah gejala peringatan yang harus dicari, menurut Aliansi Internasional untuk Stroke Pediatrik dan Asosiasi Hemiplegia Anak-anak dan Stroke.

Pada bayi baru lahir dan bayi:

  1. Kejang
  2. Kantuk yang ekstrem
  3. Kecenderungan untuk menggunakan hanya satu sisi tubuh atau mendukung satu tangan. Orangtua perlu memperhatikan kemungkinan bayinya tidak menggunakan kedua tangan secara bersamaan selama bermain.

Pada anak-anak dan remaja:

  1. Sakit kepala mendadak yang parah yang mungkin disebut anak Anda sebagai "sakit kepala terburuk dalam hidup saya," terutama bila disertai muntah dan kantuk.
  2.  Kelemahan atau mati rasa di satu sisi tubuh
  3. Masalah berbicara atau memahami orang lain
  4. Kehilangan penglihatan atau penglihatan ganda
  5. Pusing parah