Intisari-Online.com - Penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes merongrong perekonomian Indonesia karena mengancam orang pada puncak usia produktif.
Menurut perhitungan Universitas Harvard dan World Economic Forum, beban penyakit tidak menular di Indonesia sepanjang periode 2012 hingga 2030 bisa mencapai AS$4,4 triliun (setara Rp58542 triliun).
Evidence & Analytics, perusahaan yang bergerak dalam bidang business research dan analytics, memperbaharui perhitungan ini dan mendapati bahwa selama tahun 2015 hingga 2035, beban ekonomi penyakit tidak menular dapat mencapai AS$5,4 triliun (setara Rp71847 triliun). Beban ekonomi ini termasuk biaya perawatan dan produktivitas yang hilang.
Penghematan sebesar AS$3,1 triliun (setara Rp41245,5 triliun) dapat diraih jika pencegahan dilakukan sehingga laki-laki berusia 40 tahun ke atas tidak terkena penyakitkronis. Untuk perempuan berusia 40 tahun ke atas, penghematannya adalah sebesar AS$2,3 triliun (setara Rp30601,5 triliun).
Jika kematian akibat penyakit tidak menular dapat dicegah hingga usia di atas 60 tahun, maka Indonesia dapat menghemat AS$ 1,3 triliun (setara Rp17296,5 triliun).
Padahal, pada usia 40-an tahun, sumber daya manusia yang sudah menumpuk keahlian dan menghimpun pengalaman, terancam oleh penyakit-penyakit yang mematikan ini.
Perlu diingat pula bahwa meski secara umum, mereka yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi punya risiko kematian lebih rendah. Namun, untuk penyakit cardiovascular, dibandingkan dengan penyakit dan penyebab kematian lain, tingkat ekonomi maupun jenjang pendidikan tidak mempengaruhi risiko kematian.
Bagaimana mengatasinya?
Untuk mengatasi tantangan penyakit tidak menular, program untuk membiasakan gaya hidup sehat sangat diperlukan. Ini termasuk ajakan mengurangi konsumsi rokok, mengurangi gula dan garam, memastikan asupan buah dan sayur yang cukup, dan mengkonsumsi makanan sehat rendah lemak.
Selain itu, intervensi klinik seperti pemberian obat-obat yang sudah off-patent seperti aspirin, statin, dan beta blockerakan mengurangi kematian akibat penyakit penyakit tidak menular.
Para manajer di tempat kerja dapat memainkan peran penting untuk memastikan human capital mereka tetap sehat, misalnya dengan memberlakukan kantor bebas asap rokok, mendukung tersedianya makanan sehat di kantin, dan memberikan insentif serta fasilitas untuk kegiatan fisik, seperti bersepeda ke kantor atau berolah-raga di waktu jam istirahat.
‘Non-communicable and Life Style Diseases: Time to Act’
Seminar ‘Non-communicable and Life Style Diseases: Time to Act’ akan membahas lebih lanjut tantangan penyakit kronis tidak menular.
Peserta akan mendapatkan akses ke informasi terkini mengenai penyakit tidak menular di Indonesia, sebaran unmet needs di Indonesia, metode terbaru untuk mengukur risikocardiovascular, estimasi biaya ekonomi penyakit tidak menular, serta posisi human capital Indonesia dalam hal penyakit tidak menular dibanding negara ASEAN-5, China, dan India.
Seminar juga akan membahas tentang jaminan kesehatan nasional untuk penyakit tidak menular dan pandangan industri terkait.
Seminar akan dibuka oleh Ibu Menteri Kesehatan, Prof. Nila Moeloek (TBC) dan ditutup oleh Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dra Maura Linda Sitanggang.
Pembicara dalam seminar ini adalah Gindo Tampubolon PhD (Universitas Manchester), Asri Maharani MD PhD (Universitas Manchester), Maria Fajarini MSc (Direktur Evidence & Analytics UK), Prof Budi Hidayat (UI), Prof Fachmi Idris (Direktur Utama BPJS Kesehatan – TBC), Dr Michael Buyung Nugroho (Direktur Kalbe Farma), dan Prof Hasbullah Thabrany (UI).
Seminar ini diselenggarakan oleh Evidence & Analytics yang didirikan oleh dua orang Indonesia yang berbasis di Manchester, Inggris (Maria Fajarini MSc dan Gindo Tampubolon PhD). Penyelenggaraan seminar dibantu oleh Pacto Convex, dan didukung oleh BPJS Kesehatan, Mandiri InHealth, dan Katadata.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai hal-hal di bawah ini, silakan hubungi: