Intisari-Online.com - Insomnia atau apnea (berhentinya napas beberapa saat) tidur, merupakan gangguan tidur yang tampaknya dapat meningkatkan risiko stroke. Hal tersebut disebutkan dalam jurnal online Neurology. Peneliti mengatakan bahwa siapapun yang memiliki stroke harus diperiksa apakah mengalami gangguan tidur atau tidak.
Kajian baru melihat beberap studi yang termasuk puluhan ribu pasien dengan gangguan tidur, termasuk apnea tidur, berlebihan tidur di siang hari, insomnia, sindrom restless leg, dan gangguan pada perilaku tidur. Ternyata kondisis tersebut sering terjadi pada pasien stroke.
Secara keseluruhan, peneliti menemukan bukti bahwa gangguan napas saat tidur (termasuk apnea sleep) dapat meningkatkan risiko stroke. Temuan ini kemudian menjadi penting karena dokter jarang menghubungkan masalah tidur dengan stroke.
Pasien stroke yang diuji, ditemukan hasilnya bahwa mereka yang memiliki gangguan tidur cenderung akan mengalami jenis stroke lainnya atau memiliki hasil yang negatif daripada yang tidak.
Pasien harus mendapatkan pengobatan yang tepat. Beberapa jenis gangguan tidur ditangani secara berbeda, termasuk dapat menggunakan peralatan, diamana menjaga udara bersih masuk ke saluran udara selama tidur. Menurunnya berat badan juga bisa membantu meningkatkan gangguan napas saat tidur.
Jadi, bagi kita yang didiagnosis mengalami gangguan tidur, segeralah konsultasi ke dokter dan memperoleh penangan yang tepat agar juga menghindari penyakit berbahaya lainnya. Selalulah jaga kesehatan tubuh termasuk pola tidur yang benar. (health.com)