Find Us On Social Media :

Empat Generasi Rujak Ciherang Bumbu Kecombrang

By Ade Sulaeman, Kamis, 11 Mei 2017 | 15:00 WIB

Rujak Ciherang

Intisari-Online.com – Kampung Ciherang hanyalah kampung kecil di wilayah Bandung Selatan, di antara kota Soreang dan Banjaran. Namun begitu, nama kampung ini terkenal hingga ke mana-mana berkat pamor makanan khas daerah ini, yaitu Rudjak Tjiherang (Rujak Ciherang).

Kalau Anda berniat bepergian ke sana, harap sabar saja karena letaknya lumayan jauh dari Kota Bandung. Tapi tak perlu khawatir tersesat. Sebab, begitu memasuki wilayah Banjaran, kebanyakan orang bisa menunjukkan arah lokasi warung.

(Baca juga: Di Surabaya, Ya Rujak Cingur yang Paling Masyhur)

Warungnya sederhana saja. Di bagian depan terdapat meja etalase dari kayu yang memajang stoples-stoples berisi bumbu rujak, sirup bandrek dalam botol, dan beberapa makanan oleh-oleh lainnya.

Di bagian dalamnya terdapat lemari yang dipenuhi aneka kue kering dan jajajan khas desa   Ciherang, seperti opak, kecimpring, berondong.

Rujak ini berisi irisan aneka buah (mangga muda, bengkuang, kedondong, nanas, mentimun, jambu air) dan ubi. Jenis buahnya berganti-ganti tergantung musim. Tapi irisan ubi merah selalu ada di dalam racikan rujak.

Sambal rujaknya yang pekat disiapkan dengan cara dicampur dengan sedikit air dan diaduk dalam kuali tanah liat. Selanjutnya, sambal disiramkan ke atas irisan buah.

(Baca juga: Bumbu Rujak Ketemu Soto Babat)

Begitu irisan buah dicolekkan ke dalam bumbu, aroma honje atau kecombrang yang harum segera menyergap. Pedasnya bersahabat. Sensasi honje membuat lidah penasaran untuk nyolek lagi dan lagi sampai rujak tandas!

Honje yang menjadi penanda khas rujak ini diperoleh dari pemasok khusus di Cianjur Selatan. Honje ini selalu dikirim dalam keadaan segar. Saat ini, buah honje sudah semakin jarang ditemukan.

Untuk mencukupi kebutuhan yang mencapai 500 kg per bulan, para pemasok harus blusukan masuk ke dalam hutan Cisewu, dekat Garut.

Selain bisa dimakan di tempat, rujak (dalam bentuk bumbu kemasan botol) bisa juga dijadikan oleh-oleh. Bumbu kental ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti gula aren, garam, asam jawa, dan tentunya honje.