Find Us On Social Media :

Emmanuel Macron dan Bagaimana Teknologi Mengubah Politik

By Agus Surono, Senin, 8 Mei 2017 | 16:00 WIB

Emmanuel Macron, presiden terpilih Prancis

Intisari-Online.com - Emanuel Macron akhirnya terpilih sebagai presiden Prancis dengan perolehan suara diperkirakan sebanyak 65%.

Di balik kemenangan Macron, ada satu hal yang bisa dipetik dari kampanyenya. Ya, teknologi telah mengubah politik secara masif.

Setiap kampanye besar membawa serangkaian perubahan. Barack Obama menggunakan data dan penargetan mikro yang besar dalam kampanye 2008-nya. Kemudian jejaring sosial menjadi cara yang bagus untuk menyampaikan pesan kepada para pemilih secara langsung.

Tapi kampanye politik 2016 dan 2017 telah menjadi sesuatu yang berbeda.

Internet telah menjadi begitu besar sehingga troll mulai memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil pemilihan. Orang Amerika atau Inggris pasti tahu cerita soal ini. Atau mungkin malah kita sendiri di Indonesia?

Berita palsu dan histeria Facebook telah memainkan peran begitu penting dan membuat frustasi banyak orang.

Contoh terakhir adalah kampanye pemilihan Presiden Prancis. Romain Dillet (@romaindillet) menulis di TechCrunch bahwa minggu terakhir kampanye didominasi oleh peretas yang menyebarkan “satu ton” email (surat elektronik) dari tim Macron, sementara tim dan pendukung Marine Le Pen mencuit berita palsu sepanjang hari dan meme sindiran viral di Facebook.

Berita palsu yang paling populer adalah Macron memiliki rekening rahasia di Bahama.

Pemilu Prancis masih membuktikan bahwa Facebook, Twitter, YouTube, 4chan, Reddit, dan platform media sosial lainnya masih memiliki masalah dengan berita palsu.

Ini adalah mimpi buruk, dan masih akan menjadi mimpi buruk bagi pemilihan pemimpin di masa depan.

Yang lebih penting lagi, Facebook masih corong digital yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Dengan blog dan forum, orang yang paling menarik menjadi orang yang paling berpengaruh. Dengan Facebook, orang yang “paling cerewet” telah menjadi orang yang paling berpengaruh.

Sisi positifnya memang setiap orang bisa bebas berpendapat. Tapi sekarang ini begitu mudah melihat pesan atau berita palsu beredar dalam satu situs.

Di media sosial kita bisa saja memutuskan tali pertemanan (unfriend) dengan mereka yang tidak sependapat, tapi kita berisiko memisahkan diri dari orang-orang yang tidak setuju dengan Anda dan mengelilingi diri Anda dengan orang-orang yang sependapat dengan Anda.

Situs-situs propaganda meluaskan jangkauan dan mendulang Like dan Share. Keduanya semakin meningkatkan keterlibatan setiap berita yang diunggah. Semua itu menjadi ujian bagi kecerdasan kolektif. Seperti algoritma Facebook yang mengubah warga menjadi kelinci percobaan untuk menguji batas-batas demokrasi.

Sangat menakutkan melihat hal itu terjadi untuk kedua kalinya. Lebih menakutkan lagi melihat bahwa banyak orang Prancis menemukan konsep berita palsu minggu lalu. Tidak ada yang belajar dari kesalahan kolektif kita.

Kemudian, persoalan peretasan. Ribuan surat elektronik dan dokumen dibagikan beberapa jam sebelum hari pemilihan. Sejauh ini, belum terungkap ada persekongkolan atau rahasia yang memalukan.

Tapi tim Macron sadar bahwa ada risiko besar di situ. Dugaan saya adalah bahwa peretas berhasil mengakses akun email tersebut berkat kampanye phishing dan penggunaan ulang kata kunci, karena masih sulit untuk memperbaiki semua kelemahan keamanan kita.

Sudah jelas bahwa semua pemilihan akan seperti sekarang. Semua anggota tim politik perlu mengikuti kursus tentang "Enkripsi 101" sebelum bergabung dalam sebuah kampanye. Setidaknya itu cara yang bagus untuk mendidik politisi sehingga mereka berhenti mengambil cara lewat “pintu belakang”.

Sekarang, saatnya para “pemandu sorak” teknologi berhenti mengatakan bahwa teknologi adalah hal yang baik dan akan selalu memperbaiki dirinya sendiri. Teknologi telah mengubah politik dan tidak akan ada kata kembali.

Alih-alih bertarung, mari kita merangkulnya dan memperbaiki internet sebelum benar-benar mengacaukan otak “bodoh” kita.