Find Us On Social Media :

Bagaimana Ceritanya Bisa Ada Buku Pelajaran Ternyata yang Mengandung Konten Negatif?

By Ade Sulaeman, Jumat, 5 Mei 2017 | 19:15 WIB

Proses penyusunan buku pelajaran.

Namun karena berbagai keterbatasan, buku pelajaran yang dipakai di sekolah saat ini bukan dari Puskurbuk saja.

Misalnya untuk buku teks pelajaran K13, Purkurbuk tidak menerbitkan buku teks pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan kelas 5 dan 6. Begitu juga dengan buku peminatan untuk SMA/SMK.

Pada celah itulah penerbit swasta berkesempatan menawarkan bukunya. Buku dari swasta juga harus melalui verifikasi oleh BSNP dan Puskurbuk yang berlangsung setahun sekali.

Sistemnya memang masih “top-down”, yakni Kemdikbud mengumpulkan semua penerbit terlebih dahulu, baru kemudian buku-buku karya mereka diverifikasi.

Di masa depan, menurut Supriyatno, sistem akan diperbaiki sehingga penerbit bisa mengajukan bukunya kapanpun. Dalam setahun juga bisa dilakukan beberapa kali verifikasi, agar optimal.

Maklum, verifikasi ini bukan pekerjaan sederhana, karena setidaknya untuk satu buah buku melibatkan tiga penilai yakni ahli materi, ahli pembelajaran, dan ahli grafika.

Nah, bagaimana ceritanya bisa ada buku-buku ternyata yang mengandung konten negatif?

Supriyatno menjamin, kasus seperti itu terjadi karena buku-buku itu tidak melalui tahap verifikasi.

“Ketika diperiksa memang buku tersebut tidak pernah melalui penilaian dan tahap yang seharusnya. Kebanyakan langsung dijual di toko buku atau media online,” ungkapnya.

Sayangnya, Puskurbuk tidak memiliki wewenang untuk menghukum penerbit atau perorangan yang melakukan penyimpangan di buku pelajaran. Termasuk untuk menarik buku sekalipun.

Lembaga ini sebatas menginformasikan kepada penerbit. Selanjutnya, penerbit dan sekolah sendirilah yang menentukan.

Akan tetapi jika sebuah sekolah masih didapati menggunakan bukuyang tidak direkomendasikan, maka Kemdikbud berhak memberikan sanksi. Sanksinya bermacam-macam.

Mulai dari melarang buku pemerintah beredar di sekolahnya, melarang guru dari sekolah tersebut ikut pelatihan, bahkan bisa saja sekolah itu ditutup.

Karena itulah Supriyatno mengingatkan pentingnya peran sekolah dan guru dalam sistem pembelajaran.

Sekolah dan guru harus pandai memilih dan memilah buku yang layak digunakan peserta didik berdasarkan lingkungan sekolah dan daerah tempat tinggalnya.

Jangan hanya karena murah dan diskon sebuah buku dipilih. Carilah buku teks yang sudah terekomendasi.

“Sebab, buku teks tetap alat integrasi bangsa yang mempesatukan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,” imbaunya. (Majalah Intisari Edisi Februari 2017)