Find Us On Social Media :

Belajar Berbagi di Momen Idul Adha Membuat Anak Semakin Simpati dan Empati

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 21 Agustus 2018 | 18:45 WIB

Orangtua dapat mempersiapkan diri dengan memperbanyak perilaku berbagi secara konsisten, sehingga anak menerima banyak stimulasi yang mendorongnya untuk mengenali  bagaimana berbagi.

Baca juga: Pengalaman Salat Idul Adha di Mesjid Tokyo Ketika Musim Gugur Puluhan Tahun Silam

Stimulus berbagi menjadi penting karena dengan keingintahuan anak-anak yang besar, semakin banyak stimulus, akan semakin siap bagi anak untuk ikut terlibat dan mencari tahu.

Orangtua dapat mengarahkan melalui komunikasi sederhana. Misalnya “Mama punya kue 3, kita bagi yuk, satu buat mama, satu buat papa, satu lagi buat siapa ya..”dan biarkan anak menjawab.

Jika anak menjawab benar, berilah apresiasi, “Ya benar, semua dapat kue, wah senangnya ya bisa berbagi”. Ulangi dan ulangi terus memberikan stimulus hingga menjadi kebiasaan.

Siapkan kondisi anak

Selain kesiapan orangtua, yang perlu diperhatikan adalah kondisi anak. Orangtua perlu berusaha menarik perhatian anak-anak untuk berbagi tanpa paksaan. Misalnya, “Abang gentian, ya, mainnya. Habis Abang main, mainannya dipinjamin ke Adek, ya.” Demikian sebaliknya untuk sang adik.

Baca juga: Pengalaman Salat Idul Adha di Mesjid Tokyo Ketika Musim Gugur Puluhan Tahun Silam

Beri kesempatan kepada anak mengomunikasikan apa yang sedang ia rasakan ketika harus berbagi, sehingga orangtua dapat memberikan edukasi yang sesuai apabila ada perasaan negatif yang muncul dan memberikan komplimen apabila berbagi menjadi hal yang menggembirakan.

Selain itu, membantu anak mengenali “miliknya” dan “milik orang lain” juga penting dilakukan. Dengan begitu, ia dapat belajar mengenali dan menghargai perbedaan.

Misalnya, “Krayon ini punya Mimi, kalau krayon Andi ada di tas. Kalau mau pakai, Andi pinjam dulu, ya, ke Mimi”.

Tunjukkan contoh nyata