Find Us On Social Media :

Suporter Jepang Pungut Puntung Rokok di GBK Senayan, Warga Jepang Selalu Ingin Beri Kenyamanan Bagi Orang Lain

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 21 Agustus 2018 | 15:00 WIB

Pernah saya bertanya kepada orang Jepang tentang kehati-hatian mereka menjaga hubungan dengan orang lain.

Ia sempat kesulitan mencari jawaban karena bagi dia hal itu memang sudah seharusnya terjadi.

Menurutnya, orang Jepang mencintai kedamaian dalam komunitasnya. Maka, mereka berusaha sebisa mungkin tidak mengganggu orang lain.

Masing-masing individu memang memiliki kebebasan, namun kebebasan tersebut juga dibatasi oleh hak-hak orang lain.

Pemikiran tersebut sudah dibiasakan sejak kecil melalui pelajaran sekolah dan pendidikan di rumah. Jepang memang serius dalam mengembangkan karakter sejak dini.

Penanaman pertama dimulai dari keluarga. Sudah hal yang lumrah ketika seorang wanita Jepang menikah, mereka akan memilih keluar dari kariernya dan fokus mendidik anak-anaknya.

“Meskipun sekarang ada juga wanita berkeluarga yang masih bekerja, pada zaman saya dulu hampir setiap wanita keluar dari pekerjaannya setelah menikah,” begitu ujar seorang ibu rumah tangga Jepang yang saya kenal.

Pendidikan kedua setelah keluarga berlangsung di sekolah, terutama sekolah dasar. Kurikulum sekolah dasar Jepang memiliki visi yang menarik.

Fokus pembelajaran tidak terpaku pada pelajaran sekolah, tapi juga pada budi pekerti.

Oleh karena itu, rapor dan hasil belajar tidak dituliskan dengan nilai namun dengan uraian yang menjelaskan tentang keseharian anak tersebut.

Dengan terbinanya karakter sejak dini, maka mudah bagi Jepang mengembangkan komunitas yang dapat saling menghargai satu sama lain.

(Tulisan Dien Nurdini, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi September 2013)

Baca juga: Demi Selamatkan Isteri dari Kejaran Pasukan Jepang, Bung Karno Sampai Menarik Pedati Menggantikan Sapi