Find Us On Social Media :

Mirip Sinetron, Dari Sekadar Langganan Juara Panjat Pinang di NTT Kini Nasib Joni Berubah Drastis

By intisari-online, Senin, 20 Agustus 2018 | 04:30 WIB

Intisari-online.com - Yohanes Lau Gama alias Joni menjadi sorotan publik akhir-akhir ini.

Bocah berusia hampir 14 tahun itu menjadi perbincangan setelah aksinya memanjat tiang bendera setinggi 20 meter lebih saat upacara HUT ke-73 Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Belu, Perbatasan RI-Timor Leste, Jumat (17/8/2018) lalu, terekam kamera dan viral di jejaring sosial.

Sebelum terkenal beberapa hari ini, Joni hanyalah seorang bocah biasa. Joni merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara.

Ayahnya Beterino Fahik Marsal ialah seorang petani, sementara ibunya Lorensa Gama sehari-harinya mengurusi urusan rumah tangga.

Baca juga: Deretan Hadiah untuk Bocah SMP Pemanjat Tiang Bendera, Dari Beasiswa Hingga Uang Rp25 Juta!

Joni lahir 10 Oktober 2004 di Desa Silawan, Kabupaten Belu, Kota Atambua, Nusa Tenggara Timur.

Saat ini, dirinya duduk di bangku kelas 1 SMP Negeri Silawan. Keseharian Joni, menurut sang ayah Beterino, layaknya anak-anak asli Desa Silawan.

Darah pekerja keras sepertinya sudah mengalir di bocah yang memiliki hobi bermain sepak bola itu.

Siang hingga sore hari sepulang sekolah, Joni rutin membantu orang tuanya untuk bertani, mengambil kayu, serta mengangkut air.

 "Dia ke kebun, ambil kayu, timba air. Ambil air jauh turun ke bawah. Turun ada seratus meter lah," kata Beterino kepada TribunJakarta.com, Minggu (19/8/2018) di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Dikatakan Beterino, Joni paling mahir bila disuruh orang tuanya mencari buah di pohon-pohon sekitar rumahnya.

Pasalnya, memanjat pohon merupakan kemahiran yang sudah Joni tekuni sejak kecil.

"(Dia sudah sering manjat) dari kecil. Dia sering manjat pohon asem untuk petik buah asem," kata