Find Us On Social Media :

Ternyata Merah Putih Sudah Berkibar Sejak Masa Kerajaan Mataram dengan Sebutan Gula Kelapa, Ini Maksudnya

By Ade Sulaeman, Jumat, 17 Agustus 2018 | 09:30 WIB

Ketika itu juga Sri Maharaja bertempur dengan segala balatentaranya dan musuh pun lari tunggang-langgang, setelah mengalami kekalahan besar.

Baca juga: Pangkalan Militer AS di Turki, Dulu Bikin Senang Sekarang Malah Jadi Bumerang

Tetapi dalam keadaan demikian,  di sebelah timur Hanyiru nampak panji-panji musuh berkibar-kibar, warnanya merah dan putih. Melihat itu sang Ardaraja meninggalkan pertempuran, berlaku hina dan lari menuju ke Kapundungan …."

Begitulah kisah sejarah tentang dikibarkannya panji-panji berwarna merah putih di medan pertempuran pada akhir zaman Singasari, hampir tujuh ratus tahun yang lalu.

Gula Kelapa

Sekalipun tiada catatan sejarah yang jelas, agaknya warna merah  putih itu masih berlangsung penggunaannya dalam abad-abad berikutnya atau mungkin kalau tidak dipakai, setidak-tidaknya terpendam dalam alam sadar bersama, sebab bukankah ia muncul lagi sebagai bendera dalam Kerajaan Mataram sebagai Gula Kelapa?

Konon bendera Gula Kelapa (Gula= merah, Kelapa= putih) ada beberapa versi, tetapi menggunakan warna merah dan putih. Salah satu bentuknya masih tersimpan sebagai pusaka dalam keraton Surakarta, sebagai bendera Kyai Ageng Tarub yang dasarnya putih dengan tulisan Arab-Jawa dan atasnya bergaris merah.

Merah putih kembali berkibar sebagai bendera perjuangan melawan penjajahan waktu  berkecamuknya Perang Diponegoro (1825-1830). Ketika Pangeran Diponegoro meninggalkan tempat kediamannya di Tegalrejo, di sebelah barat laut Yogyakarta.

Di tengah perjalanan Pangeran berkata kepada Mangkubumi: "Paman, lihatlah rumah dan mesjid sedang dibakar, api merah menyala-nyala ke atas langit. Kini kita tak berumah lagi di dunia."

Sesudah melihat ke arah Tegalrejo, ia memandang lagi ke arah Selarong, tempat rakyat mengibarkan bendera Merah Putih.

Saat itu Diponegoro mengucapkan kata-kata yang masyhur kepada seorang istrinya yang bernama Ratnaningsih: "Perang telah mulai. Kita akan pindah ke Selarong. Pergilah Adinda ke sana dan berikanlah segala intan permata dan emas-perakmu kepada rakyat yang mengikuti kita."

Perang Diponegoro akhirnya dimenangkan oleh pihak penjajah dalam tahun 1830. Sang Merah Putih tidak berkibar lagi.