Find Us On Social Media :

Chintia Koloay, Kartini dari Langit Manado yang Dua Kali Nyaris Kehilangan Nyawa

By Ade Sulaeman, Jumat, 21 April 2017 | 08:30 WIB

Chintia Doodoh

Rasa takut memang dialami Chintia ketika pertama kali melakukan terjun payung. Bahkan ia mengakui sangatlah luar bias rasa takutnya. Tapi setelah melaksanakan terjun payung kesekian kali malah jadi ketagihan.

Kemampuan dan kemahiran terjun payung Chintia makin meningkat ketika mendapat kesempatan untuk ikut terjun penyegaran (jungar) safari dirgantara TNI AU.

Bersama timnya, Chintia terjun keliling Indonesia dan dalam penerjunan itu mereka diasah kemampuannya dengan medan pendaratan dan arah angin yang berbeda.

Pengalaman mendebarkan Chintia terjadi ketika terpaksa menggunakan parasut cadangan sewaktu terjun di kawasan Rumpin, Bogor, Jawa Barat tahun (2013) dan di Yogyakarta (2015).

Pasalnya,  saat itu parasut utamanya mengalami trouble dan sudah tidak bisa di-recover lagi.  

Dalam hitungan detik, Chintia harus berani mengambil keputusan untuk keselamatan dirinya.

Namun semua kendala dan pengalaman mendebarkan itu justru tak membuatnya kapok karena banyak hal yang bisa diraih melalui terjun payung.

Menurut Chintia berdasar pengalaman seniornya, Pingkan, jika ditekuni secara professional, terjun payung juga bisa menyejahterakan para atletnya.

“Sebagai atlet terjun payung tentunya saya bersyukur karena banyak hal bisa saya raih. Ketika mengikuti terjun di antaranya kita dilatih untuk disiplin,bekerja sama dan saling tolong menolong,” papar Chintia,

“Dan tentu saja ketika mengikuti terjun payung kita mendapat banyak teman dan pengalaman berharga yang tidak bisa semua orangg dapatkan,” tambah Chintia.

Chintia juga menegaskan bahwa olahraga terjun payung  itu bisa digunakan sebagai wahana untuk mempererat persaudaran bangsa Indonesia yang terdiri banyak suku dan tinggal di berbagai pulau.