Intisari-Online.com - Atlet terjun payung Indonesia biasa melakukan latihan terjun menggunakan pesawat transpor TNI seperti C-130 Hecules, CN-235, dan helikopter.
(Baca juga: Jika Sudah Mahir, Atlet Terjun Payung Bisa Berpakaian Santai Bahkan Bersandal jepit)
Penerjunan menggunakan pesawat transpor yang bukan helikopter atau disebut juga pesawat sayap tetap (fix wing) bisa menerjunkan banyak orang.
Pesawat angkut berat C-130 Hercules milik TNI AU bahkan bisa menerjunkan pasukan bersenjata lengkap lebih dari 100 orang.
Proses penerjunan menggunakan pesawat transpor sayap tetap ini memiliki kelebihan karena para penerjun yang melompat dari ketinggian 10.000 kaki bisa mengapung-apung di udara.
(Baca juga: Jangan Salah Paham, Terjun Payung Tak Sama dengan Paralayang)
Faktor bisa mengapung dan melayang-layang itu karena para penerjun mendapat dorongan angin yang kuat akibat sapuan angin yang ditimbulkan pesawat.
Sedangkan penerjunan menggunakan helikopter transpor TNI seperti Mi-17 atau Super Puma memang memiliki perbedaan.
Meskipun secara prosedur baik penerjunan menggunakan pesawat sayap tetap maupun helikopter sama.
Letak perbedaannya adalah para penerjun yang melompat dari helikopter seperti jatuh ke dalam sumur.
(Baca juga: Kakek 70 Tahun dengan Kanker Terjun Payung Bersama Istrinya untuk Rayakan Ulang Tahun Pernikahan ke-50)
Itu bisa terjadi karena angin yang ditimbulkan oleh penerbangan heli tidak kencang.
Apalagi baling-baling helikopter cara kerjanya menghempas udara ke bawah sehingga para penerjun yang melompat langsung terdorong ke bawah.
Tapi ada sejumlah keuntungan penerbangan menggunakan heli. Yakni pesawat bisa take off vertikal dan bisa mencapai ketinggian ribuan kaki dalam waktu singkat persis di atas drop zone para penerjun.
Helikopter yang digunakan untuk melompat bagi para penerjun bahkan langsung bisa dioperasikan untuk menolong penerjun yang arah penerjunannya melenceng terlalu jauh.