Find Us On Social Media :

Wow, Para Peneliti Menciptakan Robot Bisa Menstruasi, Apakah Ia Juga Butuh Pembalut

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 19 April 2017 | 17:00 WIB

Robot bisa menstruasi

Intisari-Online.Com - Bayangkan jika ada robot bisa menstruasi seperti yang dialami wanita. Seperti apakah bentuknya?

Itulah yang sedang dikerjakan para peneliti dari Northwestern University. Mereka menciptakan EVATAR, robot 3D yang memiliki sistem reproduksi wanita.

(Baca juga: Jia Jia, Robot Wanita yang Disebut-Sebut Paling Mirip Manusia)

Vagina, uterus, serviks, hati, dan tuba falopi menjadi satu dalam sebuah kotak yang diciptakan lengkap dengan jaringan manusia sehingga bisa meniru siklus mentruasi. Di masa depan, para dokter bisa dengan mudahnya mengambil sel induk pasien untuk menciptakan robot tersebut. Begitu kata studi yang dipublikasikan pada Nature Communications.

Teknologi terbaru ini bisa membantu para ilmuwan untuk lebih memahami penyakit reproduksi seperti ketidaksuburan, endometriosis dan fibroid – yang menyerang 80% wanita.

(Baca juga: Ilmuwan Jerman Latih Robot Untuk Bisa Merasakan Sakit)

Alat ini juga memungkinkan dokter untuk menguji keamanan dan keefektifan obat terbaru pada wanita tanpa membahayakan mereka  dengan efek sampingnya. Pada 2001, sebuah studi menemukan bahwa dari sepuluh jenis obat-obatan yang ditarik dari pasaran, delapan di antaranya lebih berbahaya bagi wanita dibanding pria.

Di masa lalu, peneliti telah menciptakan “organ pada kepingan (chip)”. Namun, proyek terbaru ini dianggap sangat inovatif karena penemuan pertama yang menyatukan lebih dari satu organ.

“Pada dasarnya kami hanya meniru organ-organ wanita tersebut dan melihat bagaimana mereka berhubungan satu sama lain,” kata Teresa Woodruff, pemimpin penelitian ini.

Baca juga: Robot Magnetik Ini Disebut Bisa Melawan Kanker, Ke Depannya Akan Berbentuk Pil

Potongan yang ada dalam kotak robot ini terhubung dengan sel manusia dari setiap organ – kecuali untuk kotak indung telur. Ia terhubung dengan sel indung telur yang diambil dari tikus.

“Kita masih memiliki jumlah histerektomi yang besar setiap tahunnya,” kata Teresa saat mendiskusikan bagaimana sel-sel tersebut dikumpulkan.  Penelitian membuktikan bahwa penelitian tentang penyakit reproduksi wanita masih sangat dibutuhkan.