Find Us On Social Media :

Tak Sanggup Sediakan Telur dalam Jumlah Besar, Bali Gagal Dikunjungi Kapal Induk AS

By Agustinus Winardi, Kamis, 13 April 2017 | 12:30 WIB

USS Carl Vinson dan para kapal pengiring perlu suplai logistik.

Intisari-Online.com - Setelah mengadakan latihan perang bersama militer Korsel dan Jepang di perairan Semenanjung Korea sepanjang akhir Maret lalu kapal induk USS Carl Vinson bersama para kapal pengiringnya berlabuh di Pangkalan AL Singapura, Changi Naval Base.

(Baca juga: Baik dalam Perang ataupun Damai, Kehadiran Kapal Induk Selalu Mengundang Beragam Makna)

Sebagai negara yang merupakan sekutu AS, fasilitas militer Singapura memang bisa digunakan untuk berlabuh kapal-kapal perang AS yang berada di bawah komando Armada Ke-7 Pasifik (US Pasific Command) kapan saja.

Lalu apa keuntungan Singapura dengan berlabuhnya kapal induk Carl Vinson dan para kapal pengiringnya itu? Tentu saja uang.

Ketika berlayar Carl Vinson mengangkut lebih 5000 personel militer baik yang merupakan awak kapal maupun operator jet-jet tempur yang diusung oleh kapal induk bertenaga nuklir itu.

(Baca juga: 56 Tahun Menjelajahi Samudera, Kapal Induk Tertua di Dunia INS Viraat pun Dipensiunkan AL India)

Kapal-kapal perang lainnya yang selalu mengiringi Carl Vinson juga diawaki oleh ribuan orang.

Maka ketika semua awak kapal itu mendarat di Singapura, otomatis Singapura kemasukan ribuan turis yang tidak perlu susah-susah diundang.

Semua kapal perang yang tergabung ke dalam Carl Vinson Strike Group itu juga perlu mendapatkan suplai logistik baru terutama bahan makan untuk para awak kapalnya.

Kebutuhan logistik berupa makanan untuk dikonsumsi lebih dari 5000 orang dalam waktu satu minggu saja sangat besar. Apalagi kapal induk bertenaga nuklir bisa berlayar bertahun-tahun tanpa mendarat.

(Baca juga: Makin Tegang, Kapal Induk China Lintasi Selat Taiwan)

Jadi kebutuhan logistik untuk para awak kapal saja secara hitungan bisnis nilainya sangat luar biasa.