Penulis
Intisari-Online.com -Kita merasa heran ketika ada berita seorang office boy atau pelayanyang secara tidak sengaja menemukan uang puluhan juta tapi tak berniat memilikinya. Uang itu teryata tidak diambil untuk kepentingan sendiri tapi malah diserahkan kepada polisi sehingga orang yang kehilangan bisa menemukan kembali uangnya.
Sebaliknya kita jugamerasa heran ketika melihat orang yang berkecukupan harta dan benda tapi ternyata sulit untuk dimintai dana. Misalnya dana yang akan digunakan untuk kegiatan keagamaan atau sosial.
Dua peristiwa itu akan selalumenggedor pikiran jika kita renungkan dari sisi orang yang beriman. Seorang yang sedang kesulitan atau seorang yang bekerja sebagai pelayan biasanya hanya memiliki penghasilan kecil.
Ketika menemukan uang dalam jumlah banyak dalam bungkusan koran atau plastik, dipastikan dia akan langsung mengambilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan dianggap sebagai rezeki nonplok.
Tapi sikap dari pelayan yang selalu dianggap melakukan pekerjaan rendahan itu ternyata luar biasa dan juga langka. Ia tidak mau mengambil uang yang ditemukan karena memang bukan haknya.
Ia tidak mau keluarganya bisa terlepas dari masalah ekonomi tapi dari harta yang diperolehnya secara tidak jujur.Namun, lebih dari itu ia tidak mau mengambilnya secara diam-diam karena satu alasan : dirinya takut akan Tuhan.
Ia tidak mau mencederai ajaranTuhan yang selalu mengajarkan kejujuran dan kesetiaan terhadap hal yang baik.Karena sikap jujur itu sendiri adalah sikap yang sangat disukai Tuhan. Sikap yanglebih mencintai Tuhan daripada mengutamakan cintanyaterhadap harta duniawi.
Sikap mulia pelayan itu jelas mencerminkan orang kecil yang berjiwa besar dan sekaligusberjiwa surgawi. Karena dia bisa menjadi contoh dan inspirasi bagi semua orang untuk bersikap jujur serta murah hati.
Bahkan menjadi contoh bagi orang-orang yang merasa dirinya telah menjadi orang besar. Orang yang sukses karena sudah memiliki harta dan benda yangmelimpah.
Di dunia ini, Tuhan sebenarnya tidak melarang seseorang untuk menjadi kaya raya asalkan hartanya diperoleh dengan cara-cara yang jujur.
Tuhan tidak menghendaki manusia menjadi tidak jujur, ingkar, dan tidak taat hanya karena keterikatannya yang begitu besar terhadap harta duniawi. Harta yang tidak akan pernah membawanya menuju surga.
Sebab dari sikap jujur dan murah hati yang selalu ditekankan oleh Tuhan itu, orang berharta tidak lagi merasa berat untuk berbagi harta demi kepentingan sosial dan keagamaan.
Ia bahkan akan melihat harta yang dibagikannya kepada mereka yang sedang terkena musibah, yang miskin, yang berkesusahan dan lainnya sebagai sebuah keindahan.
Harta yang diberikan oleh orang kaya raya demi kepentingan dana sosial dan keagamaan mungkin itu jumlah yangkecil baginya.Tapi sesungguhnya harta itu besar di mata Tuhan karena dipersembahkan dengan cara yang ikhlas demi cintanya kepada sesama dan kepada Tuhan.