Find Us On Social Media :

Melihat Gua Jepang di Biak yang Sisa-sisa Tulang Tentara Jepang Masih Ada

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 18 Agustus 2018 | 06:30 WIB

Di seputar pohon palma tadi tumbuh perdu liar. Pada tanah yang terbuka, berserakan sisa magazijn peluru, jerrycan, tong bensin berkarat, dan kaleng-kaleng bekas makanan yang seluruhnya menghitam dimakan api dan dimakan waktu.

Sisa-sisa magazijn dan tong bensin terus menghampar ke timur, melalui "pintu" penghubung di bagian tengah yang benar-benar merupakan ruang bawah tanah. Susunan gua melandai kian turun, hingga terus ke timur ke "jendela" gua bagian timur yang tidak mungkin didaki manusia tanpa menggunakan peralatan.

Secara keseluruhan, panjang gua mencapai lebih 100 meter dengan lebar bervariasi antara 40 dan 10 meter, dengan lekuk liku di sana-sini.

Baca juga: Hiroo Onoda, Tentara Jepang yang Sampai Ajal Menjemput pun Tak Sudi Menyerah kepada Tentara Sekutu

Menurut penduduk setempat, sampai beberapa tahun yang lalu, jarang ada orang yang berani masuk ke perut gua ini, karena gua ini dianggap angker. Pada malam-malam tertentu, katanya, masih sering terdengar derap orang berbaris, teriakan-teriakan dalam bahasa Jepang, dan kadang-kadang juga tangis menyayat hati.

Tapi sejak Pemerintah Jepang mengangkut sisa-sisa tulang serdadu yang gugur di sana, suara-suara itu sudah jarang terdengar.

Tulang-tulang yang sempat diangkut ke Jepang meliputi setengah kapal. Tentu-saja di dasar gua itu belum seluruhnya bersih dari sisa tulang yang tertimbun tanah.

Buktinya, ketika ujung celana saya terasa tersangkut dan benda yang semula saya kira kayu kering, ternyata “kayu" itu adalah sisa tulang bagian lengan manusia. Ukurannya sedikit lebih pendek dari bagian lengan saya.

Baca juga: Mengunjungi Sungai Kaki Naue yang Dulu Pernah Jadi Tempat Mandi Tentara Jepang

Tentunya merupakan bekas milik orang yang lebih pendek dari saya yang mempunyai tinggi badan 1,70. Penunjuk jalan kami juga sempat menemukan serpihan tulang manusia yang telah menghitam.

Dengan melihat sisa-sisa yang terdapat di dalam gua ini, kita dapat membayangkan betapa dahsyatnya pertempuran di Biak pada Perang Dunia ke II.

Waktu itu, Biak dipertahankan oleh 12.000 tentara Jepang yang merupakan Divisi ke 37 Jepang di bawah pimpinan Kolonel Kuzume. Ke 12.000 tentara itulah yang terbantai di bumi Biak.