Find Us On Social Media :

Melihat Gua Jepang di Biak yang Sisa-sisa Tulang Tentara Jepang Masih Ada

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 18 Agustus 2018 | 06:30 WIB

Intisari-Online.com – Cerita-cerita tentang gua bekas persembunyian tentara Jepang di Biak, sudah lama saya dengar.

Kisah penghancuran tentara Jepang yang mempertahankan gua ini bahkan pernah ditulis secara dramatis oleh Kolonel Harold Riegelman, salah seorang pelaku sejarah yang bertempur di pihak  Sekutu, lewat bukunya "The Cave of Biak".

Buku-buku tentang Perang Pasifik di masa Perang Dunia II seperti "The Two Ocean War" karangan Samuel E. Marison, juga menyebut-nyebut kedahsyatan perebutan Biak yang sebenamya merupakan pulau karang di teluk Cenderawasih.

Kini Biak merupakan  Ibukota Kabupaten Teluk Cenderawasih dan di Biak pula markas Kowilhan berada.

Baca juga: Pembantaian Nanking: 'Neraka' Sementara Buatan Tentara Jepang di China

Pada bulan Mei 1978 yang lalu, saya berkesempatan mengunjungi gua bersejarah itu dengan diantar oleh Kepala Perwakilan PT Garuda Indonesian Airways Sdr. Djasman serta pengemudi PT Titawaka yang menjadi penunjuk jalan.

Letak gua itu tidak jauh dari kota Biak, tepat di sebelah utara pelabuhan udara Mokmer. Dari kota dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor kurang-lebih 15 menit. Untuk menempuh jalan bukit, kami menggunakan jeep. Mobil dapat berhenti sekitar 30 meter dari mulut gua yang terbesar. .

Dipunggung bukit ini terdapat tiga buah gua. Tapi kami hanya mengunjungi salah-satu yang terbesar, karena dua gua lainnya harus ditempuh dengan jalan kaki dan cukup sulit. Hutan yang harus diterobos memang cukup lebat. Meskipun tidak terdapat binatang buas berkaki empat seperti di Sumatera, tapi cukup banyak ular yang berbahaya.

Gua yang umumnya dikunjungi orang, memang gua yang terbesar ini. Beberapa meter di atas bibir gua itu terpancang batu kenangan yang didirikan oleh Pemerintah Jepang.

Baca juga: Kisah Warga Negara Belanda yang Menjadi Jugun Ianfu Bagi Tentara Jepang di Indonesia

Pada lempengan beton tertulis selengkapnya: "Memorial erected in 1956 by the Japanese Government for the Japanese who fell in World War II". (Peringatan yang didirikan oleh Pemerintah Jepang untuk orang-orang Jepang yang gugur dalam Perang Dunia II).

Menurut keterangan penunjuk jalan, beberapa tahun yang lalu sejumlah turis Jepang yang berkunjung ke Biak juga mendirikan monumen lain berupa pilar batu gfanit setinggi 70 Cm. Tapi ketika saya berkunjung ke sana, pilar itu telah hilang.

Monumen tentara Sekutu yang berupa perisai dengan gambar panah dan pedang, telah hilang pula digerayangi tangan jahil.