Penulis
Intisari-Online.com – Seorang dokter ahli kencing manis menyembuhkan sendiri penyakit kankernyahanya dengan mengatur cara makan yang baik. Padahal, semula ia sudah divonis mati.
--
Dr. A.J. Houtsmuller adalah seorang diabetolog dari Universitas Erasmus, Belanda, tempat ia mengajar dan meneliti tentang kebutaan akibat kencing manis. Di samping itu ia juga bekerja sebagai pakar gizi anggota Dewan Makanan Nasional.
(Siapa Sangka, Daun Sirsak Ternyata Obat Ampuh untuk Mengatasi Kanker)
Pada tahun 1980 ia terserang kanker melanoma (oleh sel melamin yang berpigmen hitam). Sel kanker ini tersebar dalam ginjal kanannya. Dengan makan makanan yang sehat, dibantu dengan suplemen vitamin dan mineral, ia sembuh dari penyakit yang diobatinya sendiri.
Pengalaman pribadinya kemudian ditulisnya bersama Marianne Lucrecht dalam buku Diet dr.Houtsmuller: Makanan Sebagai Senjata Ampuh Melawan Kanker.
Asal-muasal serangan
Ketika ditanya bagaimana riwayatnya sampai terserang kanker itu. Houtsmuller menduga kemungkinan disebabkan oleh kegemarannya makan daging bakar pada berbagai acara makan. Ketika itu ia memang sibuk berceramah berturut-turut di berbagai pertemuan ilmiah di Amerika, Inggris, dan Jerman.
Setiap kali menghadiri pertemuan ilmiah, ia makan barbeque daging, sirloin steak, dan terkadang juga f-bone steak sapi.
Tiba-tiba ia merasa sakit pinggang, lalu pergi ke dokter urolog, karena mengira menderita radang ginjal. Tetapi dokter ginjal ini melihat ada beberapa sel gelap melanoma dalam air kencingnya.
"Walaah, Pak! Saya tidak dapat menolong!" tuturnya. "Mulai sekarang disenang-senangkan saja hidupnya, karena 3 - 6 bulan lagi Anda mungkin harus perlop selama-lamanya!"
Waktu itu (tahun 1980) memang belum banyak obat dokter yang dapat dipakai melawan melanoma dibandingkan dengan sekarang. Houtsmuller mendongkol bahwa beberapa dokter kanker mengatakan begitu (hidup tinggal beberapa bulan lagi) kepada pasien.
Ia tidak percaya, dan mencari literatur yang mungkin dapat menolong pasien kanker seperti dia. Karena duduk sebagai anggota Dewan Makanan Nasional, ia mudah memperoleh jalan ke kepustakaan tentang makanan.
Suatu ketika ia menemukan laporan ilmiah tentang pengobatan alternatif dari para internis kenamaan dr. Moerman dan Issels dari Belanda serta dr. Gerson dari Amerika. Dr. Gerson seorang Yahudi yang lolos dari penculikan antek-antek Hitler, dan berhasil mengungsi ke New York.
Dalam klinik yang didirikannya, ia menampung para penderita kanker, dan meraih sukses, sampai ia diusir dari negara bagian New York, karena cara pengobatannya tidak memakai obat dokter, tapi hanya makanan biasa. Itu dianggap bukan pengobatan, tapi penipuan.
Gara-gara asam arachidon
Houtsmuller kemudian memilih dr. Issels, dan berobat ke kliniknya. Issels seorang ahli bedah yang selain terkenal sukses mengoperasi tumor, juga mengobati pasiennya dengan menyuruh mandi air hangat, memberi makanan sehat, vitamin dan mineral, serta menyuruh mencabuti gigi-gigi kerowak sumber infeksi.
Tetapi belum sampai Houtsmuller ditangani secara tuntas, dokter bedah itu ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara, karena terbukti dengan sah dan meyakinkan memakai pengobatan alternatif.
Masa ada dokter bedah mengobati kanker dengan menyuruh mencabuti gigi-gigi kerowak?
"Kliniknya ditutup, dan saya harus mencari dokter lain!" tutur dr. Houtsmuller. "Dunia kedokteran kita memang ajaib!" katanya.
Untung ia sempat mencatat selama seminggu, bagaimana dr. Issels itu bekerja. Dengan catatan dan pengetahuan yang baru diperolehnya itu, Houtsmuller bertekad tidak akan ke dokter alternatif lain lagi. la mau mengobati sendiri saja. Jangan-jangan dokter berikutnya nanti juga dikirim ke penjara!
Baik dr. Issels, Gerson, maupun Moerman menerapkan cara pengobatan yang sama, yaitu pasiennya tidak boleh makan daging, harus makan makanan bergizi, banyak sayuran dan buah-buahan, serta vitamin dan mineral yang terarah. Itulah yang kemudian diterapkan oleh Houtsmuller.
Sesudah berjalan satu tahun, tiba-tiba saja sudah tidak ada sel kanker hitam melanoma lagi dalam air kencingnya. Berarti ginjalnya sudah bebas dari sel kanker.
Dari literatur yang terus dipelajarinya, Houtsmuller kemudian tahu, mengapa daging begitu berbahaya bagi pasien kanker. Yaitu karena asam arachidon yang terbentuk akibat badan terlalu banyak kemasukan asam linoleat.
(Hanya Cinta dan Perhatian yang Dibutuhkan Pasien Kanker)
Senyawaan ini sejenis asam lemak tak jenuh ganda yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk mendorong pertumbuhan, tapi sialnya tubuh tidak mampu membentuknya sendiri. Jadi, ia harus dipasok asam lemak itu dari luar bersama makanan. Biasanya berupa minyak makan yang diperoleh dari biji linseed dan safflower (di Eropa), yang sudah sejak lama dipakai, dan aman-aman saja.
Sebagai lemak tak jenuh, ia mencegah proses pengapuran dalam pembuluh darah, terutama pada orang lanjut usia. Kebaikan ini baru tampak kalau asam lemak itu dimakan sedikit-sedikit, secukupnya saja, tapi terus-menerus, setiap hari ada.
Celakanya, kalau menumpuk terlalu banyak dalam tubuh (terutama tubuh para lanjut usia, 50 tahun ke atas), asam linoleat diubah menjadi asam arachidon. Kalau ini kemudian terurai dalam tubuh, hasil pecahannya mendorong pertumbuhan sel kanker.
Mula-mula hanya mengalangi kekebalan tubuh, kemudian membuat tubuh rentan terhadap infeksi kuman patogen, dan akhirnya mendorong pertumbuhan sel kanker.