Penulis
Intisari-Online.com- Jauh sebelum Holocaust, sejarah telah dikotori oleh genosida.
Berkali-kali, kelompok-kelompok minoritas harus menanggung kisah semacam ini.
Salah satu pembantaian terburuk terjadi di Persia kuno lebih dari 2.500 tahun yang lalu.
Pada 522 SM, orang Majus, kelompok imigran yang tinggal di Persia, hampir benar-benar dihabisi.
Pada saat itu, orang Majus hanya berada di Persia selama 27 tahun.
Namun pada 549 SM, tanah air mereka ditaklukkan oleh raja Persia, Cyrus Agung.
Setelah bertahun-tahun hidup di antara mereka sendiri, tiba-tiba mereka menjadi orang asing di tanah asing Kekaisaran Persia.
Persia menganggap Majus sebagai 'sekte' religius tersendiri.
Mereka menganggap kedudukan manusia sejajar dengan hewan.
Juga saat membunuh binatang, mereka harus menggunakan tangan kosong.
Sebenarnya Majus cukup berkembang pesat di Persia dan diterima hingga terjadi intrik politik.
Orang Majus Menjadi Kambing Hitam Perpolitikan
Perlawanan orang-orang Persia terhadap orang Majus adalah kisah intrik politik, konspirasi, dan korupsi.
Menurut sejarah Persia, orang Majus berusaha menggulingkan kerajaan dengan meniru menjadi sang raja.
Pembantaian Orang-orang Majus
Raja Persia, Darius, dan pasukannya berlari melewati kastil, membantai para kasim dan imam Majus.
Hal itu dilakukannya hingga akhirnya mereka menemui seorang pria yang menyebut dirinya sebagai Raja Smerdis.
Lalu mereka membunuhnya di tempat dengan memotong kepalanya.
Mereka melambai-lambaikan kepala yang terpenggal di depan wajah orang-orang dan memberi tahu bahwa Raja mereka yang palsu telah dibunuh.
Mereka kemudian menyuruh seluruh orang untuk mengambil senjata apa pun dan memburu setiap orang Majus.
Raja Smerdis sebenarnya sangat populer hingga ke seluruh penjuru Kekaisaran Persia.
Namun, orang-orang di ibukota membencinya karena tidak suka ada raja baru yang mulai mengatur-atur dan membuat peraturan baru.
Ketika Darius memerintahkan untuk membantai orang-orang Majus, orang Persia pun melakukannya.
Kota bahkan dipenuhi dengan darah dan darah.
Seperti yang dikatakan sejarawan Herodotus:
"Jika malam tidak menghentikan, mereka tidak akan membiarkan seorang Majus pun hidup."
Genosida Menjadi Hari Libur
Selama bertahun-tahun sesudahnya, hari kematian Smerdis dan pembantaian orang-orang Majus itu menjadi hari libur tahunan.
Mereka akan bersyukur kepada para dewa, makan bersama keluarga mereka, dan merayakannya.