Find Us On Social Media :

Iran Punya 5 Senjata Andalan Paling Menakutkan, Inilah yang Membuat AS Ragu-ragu Beperang dengan Negara Teluk Ini

By Agustinus Winardi, Minggu, 29 Juli 2018 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Jika terjadi konflik militer antara AS dan Iran maka bisa dipastikan peperangan yang terjadi adalah perang asimetris menggunakan senjata jarak jauh seperti rudal.

Untuk kebutuhan perang asimetris itu, Iran sebenarnya sudah memiliki persenjataan rudal jarak jauh meskipun jarak jelajahnya belum bisa mencapai daratan AS jika ditembakkan dari Iran.

Tetapi jika menggunakan rudal-rudal yang dimiliki dan bisa ditembakkan dari kapal selam, Iran bisa menghantam pangkalan militer AS di Irak, Afghanistan, Turki, Israel, dan lainnya.

Selain itu rudal kapal selam Iran juga bisa menyerang kapal-kapal tanker AS atau kapal perang AS yang sedang melintasi Selat Hormuz, Timur Tengah.

Iran sendiri hingga kini sedikitnya telah memiliki 5 senjata canggih yang paling ditakuti AS.

Baca juga: Rampas Dua Jet Canggih AS Saat Lancarkan Revolusi Islam, Iran Sebenarnya Sudah Merasa Kalahkan AS

Kelima senjata itu antara lain, rudal balistik Sejjil, kapal selam Ghadir, rudal antikapal perang Khalij, rudal S-300 buatan Rusia, dan satu lagi ‘senjata’ berupa gerilyawan Hezbollah yang paling ditakuti oleh Israel sekutu AS.

Rudal Sejjil yang merupakan pengembangan dari rudal Shahab awalnya ternyata merupakan rudal buatan Korea Utara yang berbasis teknologi rudal Rusia.

Rudal yang dirancang untuk bisa membawa hulu ledak nuklir  atau peledak seberat 1000 kg itu  bisa menjangkau sasaran hingga jarak 2.500 km.

Dengan jarak jangkauan seperti itu daratan Israel dan pangkalan-pangkalan militer AS di Eropa bisa diserang Iran kapan saja.

Khusus untuk kapal selam jenis Ghadir, Angkatan Laut Iran yang selalu berpatroli di Selat Hormuz itu, merupakan kapal perang yang dilengkapi persenjataan torpedo yang bisa menenggelamkan kapal-kapal tanker dan kapal perang AS jenis apapun.

Baca juga: Soal Isu AS akan Menyerang Iran Bulan Depan, Menhan: Ah, Itu Fiksi Belaka

AS sendiri telah menggunakan Selat Hormuz untuk membawa minyak dari kawasan Timur Tengah ke AS sejak tahun 1976.