Intisari-Online.com - Militer AS yang sejak tahun 2001 bertempur di Irak, Afganistan, dan Suriah bisa dikatakan telah gagal meraih kemenangan karena faktanya militer AS justru makin keteter.
Hingga tahun 2018, lebih dari 6.500 personel militer AS telah gugur di Irak dan Afganistan. Itu belum termasuk yang gugur di konflik di Suriah yang dalam perkembangan terkini mulai melibatkan militer Rusia dan Israel, serta Iran.
Suriah yang diserang rudal oleh militer AS dan koalisinya pada April lalu bahkan tidak menunjukkan kekuatan militer yang makin melemah tapi justru makin kuat setelah Rusia mengirimkan senjata-senjata canggihnya ke Suriah.
Rusia sendiri secara terang-terangan menyatakan akan membela Suriah jika militer AS dan Israel menyerang Suriah lagi. Apakah ini tandanya akan terjadi perang global?
Entahlah.
Bermodal dukungan militer dari Rusia yang persenjataannya telah digelar di Suriah, Presiden Suriah Bashar Al Assad pun menjadi memiliki keberanian untuk mengusir militer AS yang selama ini masih bercokol di sejumlah wilayah di Suriah.
Baca juga: Assad Ancam Gunakan Militer untuk Usir AS dan Sekutunya dari Suriah
Misi utama militer AS di Suriah yang bertempur bersama pasukan pemberontak Suriah adalah menumbangkan pemerintahan Presiden Bashar Al Assad yang dianggap tidak demokratis.
Tapi karena Bashar AL Assad selain oleh Rusia juga didukung Iran, maka Israel secara sepihak nekat menyerang keberadaan militer Iran yang sudah digelar di Suriah.
Apalagi drone-drone Iran sudah sering terbang di atas perbatasan Israel-Suriah untuk melakukan misi mata-mata dan beberapa di antaranya telah ditembak jatuh oleh Israel.
Namun, Israel ternyata tidak hanya menyerang pangkalan militer Iran di Suriah tapi juga menggempur pangkalan militer Rusia.
Akibat serangan gegabah itu, bentrokan militer antara Rusia dan Israel pun siap meletus di Suriah.
Baca juga: Tentara Rusia Nyaris Perang dengan Tentara Amerika di Suriah, Bahaya Perang Dunia III Mengintai
Source | : | Kompas.com,cnn.com |
Penulis | : | Agustinus Winardi |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR