Penulis
Intisari-Online.com -Sebuah penelitian dari Imperial College London menyimpulkan bahwa tanda-tanda peringatan awal serangan jantung terabaikan pada sekitar 16 persen pasien serangan jantung yang kemudian meninggal.
(Waspadai, serangan jantung mirip masuk angin.)
Penelitian yang dipublikasikan di Lancet Public Health ini meneliti catatan dari 446.744 pasien di rumah sakit National Health Service antara 2006 dan 2010 yang terkena serangan jantung. Dari sejumlah itu, 135.950 di antaranya kemudian meninggal.
Para peneliti mempelajari apakah pasien yang meninggal karena serangan jantung telah dirawat di rumah sakit selama empat minggu sebelum meninggal. Jika iya, apakah tanda-tanda serangan jantung telah dicatat sebagai diagnosis primer atau penyebab utama, diagnosis sekunder (dalam kata lain, tambahan untuk diagnosis utama atau penyebab utama), atau tidak tercatat semuanya.
(Untuk para wanita, kenali faktor risiko diri dari serangan jantung.)
Mereka menemukan bahwa 16 persen dari 135.950 kematian akibat serangan jantung telah diopname selama empat minggu sebelum meninggal tapi gejala-gejala serangan jantung tidak disebutkan di dalam catatan medis. Yang mengejutkan adalah fakta bahwa tanda-tanda peringatan dini seperti pingsan, nyeri dada, dan sesak napas ditemukan di beberapa pasien sampai sebulan sebelum mereka meninggal. Namun karena tidak ada keanehan di jantung mereka, dokter tidak menghubungkan fakta-fakta itu.
Apalagi peneliti menemukan bahwa pasien yang terkena serangan jantung dilabeli sebagai diagnosis sekunder dua sampai tiga kali sampai meninggal dibandingkan pasien yang sejak awal didiagnosis serangan jantung.
(Jawaban mengapa stres bisa memicu serangan jantung.)
Majid Ezzati, profesor di Sekolah Kesehatan Umum Imperial College dan juga menjadi penulis-kedua, memberi catatan dalam hasil penelitian bahwa ia dan koleganya belum yakin mengapa para dokter seperti terlupa dengan peringatan awal itu. “Itulah sebabnya perlu penelitian lebih detail untuk membuat rekomendasi perubahan. Ini mungkin termasuk pembaruan petunjuk bagi profesional tenaga kesehatan, perubahan budaya klinis, atau mengiinkan dokter untuk memiliki lebih banyak waktu dalam memeriksa pasien dan melihat-lihat catatan medis sebelumnya.
Hasil penelitian ini jelas memberikan peringatan yang serius. Bagi kita, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menurunkan risiko terkena serangan jantung. Konsumsi makanan yang sehat dan berolahraga secara teratur merupakan senjata wajib dalam perang terhadap serangan jantung. Dalam kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa orang yang bugar lebih tahan terhadap serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak. Juga mengelola stres sebab ada keterkaitan kuat antara stres dan serangan jantung.
Jika mengalami nyeri dada, mual, sesak napas, kelelahan segera ambil aspirin dan telepon dokter segera.