Find Us On Social Media :

Mengapa Kita Bermimpi? Inilah Jawabannya Menurut Para Ilmuwan

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 25 Juli 2018 | 12:00 WIB

Intisari-Online.com - Bermimpi adalah salah satu hal yang paling aneh yang terjadi pada kita.

Karena mimpi, kita bahkan bingung mengapa pikiran kita begitu aktif ketika kita tidur.

Menurut tim dari The Swansea University Sleep Lab di Inggris, bermimpi ternyata membantu kita memproses ingatan dan emosi dalam hidup.

Bukan ide yang baru, hipotesis bahwa mimpi berkaitan dengan dunia nyata telah dikemukakan oleh Sigmund Freud pada awal abad ke-20.

Baca Juga: Hanya karena Cinta, Gadis Cantik Rusia Ini Sudi Nikahi Pekerja Tambang Miskin Asal China

Freud menyebut mimpi sebagai residu hari, semenjak itu banyak gagasan lain yang berkembang pesat tentang mimpi dan kehidupan nyata.

Memang para ilmuwan tidak memiliki alat untuk mengamati mimpi secara langsung.

Namun intensitas emosional dari kehidupan nyata dapat dihubungkan dengan intensitas aktivitas otak saat mimpi dan isi mimpi itu sendiri.

Dilansir dari Science Alert, tim peneliti merekrut 20 siswa sukarelawan yang semuanya mampu mengingat mimpi.

Pertama, mereka harus membuat jurnal terperinci tentang kehidupan sehari-hari mereka selama 10 hari.

Pada malam hari ke-10, mereka menghabiskan beberapa malam pertama di laboratorium tidur yang dipantau dengan topi elektroensefalografi non-invasif.

Yakni alat yang mampu mengamati dan merekam aktivitas gelombang otak terkait dengan gelombang lambat tidur (LIA) dan aktivitas theta (gerakan mata cepat saat tidur).

Setelah 10 menit dari masing-masing siklus tidur ini, para peneliti akan membangunkan siswa dan bertanya apa yang mereka mimpikan.

Baca Juga: Kesalahan Besar Pengemudi Mobil Matik yang Sering Disepelekan, Apakah Anda Salah Satunya?

Mimpi-mimpi ini kemudian dibandingkan dengan jurnal untuk melihat apakah ada korelasi.

Dari sini dapat ditemukan bahwa semakin banyak pengalaman yang terjadi dalam keseharian, maka orang akan tertidur lebih dalam.

Sementara itu, tidak ada korelasinya antara pengalaman keseharian dengan lama idaknya sebuah mimpi.

"Ini adalah temuan pertama bahwa ada hubungan gelombang theta saat bermimpi dengan keseharian nyata," kata psikolog Mark Blagrove dari Swansea University.

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah menggunakan binaural beats untuk menginduksi gelombang otak theta pada subjek tidur.

Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ini membuat mereka bermimpi tentang keseharian terbaru mereka.

Jika demikian, para peneliti bisa menemukan metode memanipulasi tidur REM dan gelombang otak theta untuk mendorong proses memori dan emosi yang terjadi selama fase tidur ini (semacam bentuk pasif terapi).

Baca Juga: 5 Desain Nyeleneh Ini Membuktikan bahwa Nokia adalah Ponsel Paling Kreatif di Dunia