Find Us On Social Media :

Kisah Bayi 'Tertukar': Saat yang Satu Diperebutkan, yang Satu Justru Ditelantarkan

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 26 Juli 2018 | 13:15 WIB

Saat itu, lanjut Kartini, hatinya gelisah. Dan betul saja. Percakapan itu berakhir dengan ucapan Nuraini, bahwa Dewi adalah bayi Nuraini dan bukan lahir dari Kartini.

"Padahal saya yakin, Dewi itu bayi saya. Waktu suster Puskesmas memperlihatkan anak yang saya lahirkan, kupingnya lebar dan berambut tebal."

Tapi ketika pulang ke rumah, dua hari setelah melahirkan, bayi yang diberikan ke Kartini justru berambut tipis dan bertelinga kecil. "Hati saya tetap gelisah dan ragu. Naluri saya bilang, bayi itu bukan anak saya. Saya juga tak mau menyusui karena rasanya tak ada ikatan batin," lanjutnya.

Baca juga: Kepala Bayi Ini Terputus Karena Persalinan Forsep, Siapa yang Salah Dalam Kasus Ini?

Karena nalurinya berkata begitu, hanya dua hari bayi tak bernama itu (kemudian diberi nama Cipluk oleh pihak Puskesmas) menginap di rumah.

"Saya tak tahan lagi untuk tidak mengembalikan ke Puskesmas. Saya tak merasa harus merawat anak yang bukan anak saya," kata istri pengemudi ini pada Nova.

Cerita Nuraini

Penasihat hukum Nuraini, Furqon W Authon SH, mengisahkan cerita berbeda. Yang ini menurut versi Nuraini. Tanggal 28 Maret itu, dari kamarnya di Puskesmas Cilandak, Nuraini mendengar tangisan bayi.

Dengan inisiatif sendiri, ia mengambil bayi dari boks untuk disusui. Tentu saja dengan pemikiran, bayi itu adalah anaknya yang baru dilahirkan. Sekaligus ditidurkan di sisinya.

Baca juga: Ternyata Inilah Alasan Mengapa Kita Tidak Bisa Mengingat Kejadian Saat Kita Masih Bayi

Esok paginya, perawat yang mau memandikan bayi bingung, karena sang bayi tak ada di boksnya. Nuraini lalu menyerahkan bayi tersebut. Bayi itu kemudian dikembalikan ke boks.

Dan itulah awal dari segala keributan ini. Bayi itu ditaruh dalam boks yang bertuliskan Ny. Kartini dan bukan Nuraini. "Inilah yang membuat Kartini yakin, bahwa bayi itu anaknya," kata Furqon pada Kompas.