Find Us On Social Media :

Dari Perempuan Erotis hingga Oma-oma Tua Renta, Inilah Jejak Mata-mata Perempuan Korea Utara

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 18 Februari 2017 | 14:00 WIB

Mata-mata Perempuan Korea Utara

Atas perbuatan itu, Kim dijatuhi hukuman mati. Namun, kemudian dia menerima pengampunan. Sebab, belakangan terungkap bahwa Kim telah menjadi korban penipuan pemimpin Korut. Kim pun menjadi penulis dan membuat sejumlah buku laris. Dia menikah dengan mantan pejabat intelijen.

Won Jeong Hwa

Perempuan ini masuk ke Korea setelah sekitar tahun 2001 dengan menyamar sebagai pengungsi dari Korut. Hwa kemudian ditangkap dan menjalani hukuman lima tahun penjara pada tahun 2008.

Otoritas Korsel menyebutkan, Hwa menggunakan daya tarik seksualnya untuk mendapatkan informasi sensitif tentang militer Korsel. Dia pun menjalin hubungan dengan perwira Korsel dan merancang pembunuhan terhadap sejumlah pejabat militer lainnya.

Media Korea Selatan dengan cepat memberi julukan “Mata Hari-nya Korea Utara” untuk Hwa. Mata Hari adalah nama panggung dari Margaretha Geertruida “Margreet” MacLeod, penari erotis asal Belanda yang menjadi mata-mata untuk Jerman pada masa Perang Dunia I.

Setelah dibebaskan dari penjara, Hwa mengatakan, citranya sebagai Mata Hari asal Korut terlalu dibesar-besarkan. Sebab, dia hanya satu kali menggunakan seks untuk tugasnya.

Dia mengaku sungguh jatuh cinta kepada seorang tentara muda. Dia lantas tak menuruti perintah Korut untuk membunuh dua pejabat intelijen Korsel dengan menggunakan racun. Hwa lalu berjuang untuk mengubah jalan hidupnya setelah lepas dari penjara.

Upaya itu terjadi di tengah derasnya tuduhan bahwa Hwa hanya mata-mata rendahan yang perannya dibesar-besarkan oleh otoritas Korsel. Kendati demikian, Hwa berkeras bahwa dia adalah seorang mata-mata yang sangat terlatih.

Lee Sun Sil

Pada bulan Oktober 1992, Dinas Intelijen Korsel menangkap 62 orang terkait pendirian cabang rahasia dari Partai Buruh Korut. Ujung tombak dari gerakan bawah tanah itu adalah seorang wanita Korut berumur 75 tahun yang telah 10 tahun menyusup ke Korsel.

Lee menduduki peringkat 22 dalam hierarki politik di Korut. Dia berhasil terhindar dari penangkapan karena sudah kembali ke Korut ketika gerakan itu terungkap. Seorang bekas agen Korut yang ditangkap terpisah pada pertengahan era 1990-an mengaku menemani Lee dalam perjalanan ke Korut pada tahun 1990.

Mereka menggunakan kapal selam mini untuk meninggalkan Korsel. Mantan agen rahasia itu mengatakan, Lee pernah bertemu dengan tokoh Korut Kim Il Sung, kakek dari pemimpin saat ini, Kim Jong Un.

Mereka bertemu dua kali di salah satu vila milik Il Sung. Dalam kesempatan itu, Il Sung menghadiahi gelar kehormatan untuk Lee, dan sebuah arloji emas dengan grafir namanya. Lee, yang juga adalah anggota parlemen di Korut, dikabarkan meninggal dunia pada tahun 2000. Dia dimakamkan di taman makam pahlawan Pyongyang.