Find Us On Social Media :

Hati-hati, Terlalu Banyak Bicara dan Sering Menyalahkan Orang Lain adalah 2 dari 9 Tanda Orang yang Memiliki EQ Yang Lemah

By Intisari Online, Minggu, 22 Juli 2018 | 16:45 WIB

Intisari-Online.com – Emotional Quotient (EQ) yang lemah adalah sebuah persoalan yang bisa mengganggu berbagai hubungan sosial.

Bahkan banyak ahli yang menyatakan bahwa EQ lebih penting dari IQ alias Intelegence Quotient.

Biasanya, EQ sangat berperan penting dalam cara seseorang untuk berinteraksi.

Tanpa kecerdasan emosional ini, kita bisa mengalami banyak kesulitan untuk berinteraksi dengan rekan kerja, teman, anggota keluarga, dll.

Dengan kata lain pula, kemampuan emosional butuh dikembangkan agar bisa diterapkan dalam kehidupan sosial yang baik.

Baca juga: Tak Terkalahkan, Apa Kekuatan sekaligus Kelemahan Prajurit Lapis Baja Persia Kuno Berikut Kuda Perang yang Mereka Tunggangi?

Level EQ seseorang dapat dilihat dari kemampuannya untuk mengendalikan dirinya secara emosional.

Sebaliknya, orang yang lemah EQ akan sulit melakukan pengendalian diri, berikut 9 tanda seorang dengan EQ lemah.

1. Terlalu banyak bicara dan beradu pendapat

Ada orang yang terlihat terlalu banyak bicara dan selalu beradu argument dengan orang lain, baik itu dengan keluarga, teman, bahkan orang asing.

Seorang dengan EQ yang rendah sulit untuk mengerti perasaan dan emosi orang lain.

Sehingga ia akan selalu beradu argumen dengan orang lain tanpa mempertimbangkan perasaannya.

2. Tidak memahami perasaan orang lain

Orang yang lemah EQ-nya biasanya lupa akan perasaan orang lain. Mereka tidak sadar kalau apa yang mereka lakukan bisa membuat orang lain marah dan tersinggung.

Tidak hanya itu, mereka juga merasa sangat terganggu dengan orang-orang yang menuntutnya untuk mengerti perasaan mereka.

3. Menganggap orang lain terlalu sensitif

Mereka dengan EQ yang lemah sering membuat humor di waktu yang tidak tepat, seperti saat berkabung atau daerah bencana.

Baca juga: Mana yang Lebih Penting, EQ atau IQ?

Ketika orang lain bereaksi sedih karena sebuah peristiwa tragis, mereka yang lemah EQ-nya malah menganggap orang itu terlalu sensitif. Ia memang sulit untuk memahami situasi orang lain.

4. Menolak Cara Pandang Orang Lain

Individu yang lemah EQ-nya selalu merasa dirinya benar dan hanya menganggap dirinya berada pada posisi yang baik. Itulah sebabnya, mereka menolak untuk mendengar pandangan maupun pendapat orang lain. Ia cenderung untuk mengkritik orang lain tanpa mau dikritik.

5. Menyalahkan orang lain

Orang yang lemah EQ-nya memiliki pandangan yang sempit terhadap emosinya sendiri ketika mengalami permasalahan.

Ketika sesuatu berjalan tidak semestinya, yang pertama kali dilakukannya adalah menyalahkan orang lain.

Mereka menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang diperbuatnya sendiri.

Ia juga memaksa orang lain untuk mengerti bahwa ia melakukan kesalahan karena ia tidak punya pilihan. Ia sama sekali tak punya rasa tanggung jawab.

6. Tidak Mampu Mengatasi Situasi Yang Emosional

Emosi yang kuat, baik itu dari orang lain maupun dirinya sendiri, sangat sulit diatasi oleh mereka yang memiliki EQ lemah.

Baca juga: Ternyata 4 Bagian Tubuh Ini Bisa Jadi Indikator Kecerdasan Seseorang, Salah Satunya Ukuran Kepala yang Besar

Ia sering lari dari situasi emosional dan menghindar dari permasalahan. Menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dari orang lain juga sering terjadi

7. Emosinya sering meledak mendadak

Ketidakmampuan untuk mengatur emosi merupakan kebiasaan orang yang lemah EQ.

Ia sulit untuk menngerti dan mengendalikan emosinya sendiri, sehingga sering kali emosi yang tak terduga dan tak terkendali muncul tiba-tiba dalam dirinya.

8. Sulit mempertahankan persahabatan

Biasanya orang yang lemah EQ cenderung tidak berperasaan sehingga sulit untuk memelihara sebuah persahabatn.

Persahabatan merupakan hubungan saling memberi dan menerima, berbagi emosi, kasih sayang, dan dukungan emosional.

Dan semuanya itu adalah perjuangan berat bagi orang yang EQ-nya lemah.

9. Kurang dalam empati

Sulit memahami emosi orang lain membuatnya sulit untuk merasakan empati pula pada orang lain.

Mereka tidak tahu apa yang orang lain rasakan, bagaimana mungkin ia dapat menempatkan dirinya pada orang lain? (Tika Anggreni Purba)

Baca juga: Makanya Kita Sering Ikut Histeris, Menurut Penelitian Sepakbola Memang Pengaruhi Hormon Testoteron, Otak, dan Tubuh Suporter