Find Us On Social Media :

Kandidat yang Menggunakan Isu SARA Justru Sering Menjadi Pihak yang Dirugikan

By Ade Sulaeman, Rabu, 15 Februari 2017 | 19:20 WIB

Agama Apa Yang Terbaik?

Intisari-Online.com - Dalam sebuah pemilihan gubernur suatu daerah, pernah terjadi anomali. Meski tingkat kepuasan terhadap kandidat yang masih menjabat terbukti rendah, tapi ternyata dalam pemilihan, dia masih mendapat suara yang cukup besar. Selidik punya selidik, rupanya unsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) masih sangat menentukan.

(Pilkada di Mata Konsultan Politik: Citra No.1 Program Nanti Dulu)

Konsultan politik dari cagub itu memang belum tentu menggunakan unsur SARA. “Tapi harus diakui pencitraan yang tidak rasional seperti SARA masih efektif digunakan pada konstituen primordial,” jelas Yunarto. Dan harus diakui, ada konsultan-konsultan tertentu yang memanfaatkannya.

Grace Natalie punya pengalaman: dalam sebuah survei didapati konstituen mengaku tidak terpengaruh unsur SARA dalam memilih, namun kenyataannya berkata lain. Rupanya, pada saat survei, mereka hanya memberi jawaban normatif. Antara pemikiran dan perbuatan rupanya tak sejalan.

(Sembari Menunggu Hasil Pilkada Keluar, Yuk Cari Tahu Bagaimana Quick Count Bekerja)

Namun Yunarto berpendapat bahwa pihak yang diserang isu SARA belum tentu dirugikan. Apabila terjadi underdog effect, maka yang diserang justru akan beruntung karena terkesankan telah “teraniaya”. Padahal terbukti pihak semacam ini justru yang menjadi pemenang karena mendapat simpati masyarakat.

Hal ini diperkuat Hasan Nasbi yang pernah menerapkan strategi tak mengacuhkan serangan SARA terhadap kandidatnya. “Sebab serangan semacam itu akan mempersempit ceruk pasar yang menyerang,” ujarnya.

(Artikel ini pernah dimuat di majalah Intisari edisi Oktober 2012)