Tanpa 4 Orang Imigran Ini, Amerika Serikat Tidak akan Menciptakan WhatsApp, Google, dan Microsoft

Ade Sulaeman

Penulis

Sundar Pichai.

Intisari-Online.com- Kebijakan anti-imigran yang baru dicanangkan Preside Amerika Serikat, Donald Trump sudah mendapat berbagai respon. Tapi sebagian besar adalah respon negatif. Respon negatif terbesar datang dari perusahaan-perusahaan raksasa dunia yang bermarkas di Amerika Serikat.

Respon ini terkait adanya beberapa pendiri dan petinggi perusahaan seperti Google, Apple, dan Whatsapp yang seorang imigran. Nah, siapa saja petinggi perusahaan raksasa teknologi dunia yang seorang imigran? Ini dia penjelasannya.

(Tanggapi Masalah Imigrasi, Google Siapkan Dana Krisis 4 Juta US Dollar)

1. Sergey Brin

Sergey Brin.
Pemilik nama lengkap Sergey Mikhailovich Brin adalah satu dari dua orang pendiri Google. Sergey merupakan ilmuan yang lahir di Soviet lalu berimigrasi ke Amerika Serikat pada usia enam tahun.

Ia meraih gelar sarjana di Universitas Maryland dengan mengambil jurusan matematika dan ilmu komputer. Untuk gelar master ilmu komputer, Sergey kembali sekolah di Universitas Stanford. Dari sinilah ia mulau membangun sebuah mesin pencari web.

Lalu, pria 43 tahun ini mendirikan Google bersama Larry Page pada tahun 1998. Setelah hampir 18 tahun berdiri, Sergey masuk peringkat 12 ke dunia orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai 39,2 triliun US Dollar. Kini, ia berstatus sebagai Co-founder Google dan CEO dari perusahan induk Google, Alphabet.

Dengan adanya kebijakan anti-imigran dari Presiden Trump ini, Sergey ikut langsung memprotes bersama demonstran lainnya di bandara John F. Kennedy.

(Beri Bantuan Untuk Kasus Imigrasi, Uber Justru Dikritik)

2. Sundar Pichai

Sundar Pichai.
Petinggi Google lain yang memprotes kebijakan anti-imigrasi ini adalah CEO Google, Sundar Pichai. Pria yang lahir di Madurai, Tamil Nadu, India ini juga termasuk imigran karena menghabiskan masa kecilnya di Ashol, Nagal, Chennai.

Ia baru menginjakkan kaki di Amerika saat kuliah di Universitas Stanford jurusan ilmu material dan teknik serta gelar MBA di Wharthon School of University Pennsylvania. Lalu setelah itu ia menjadi warga negara Amerika Serikat.

Menurut Pichai, kebijakan Trump ini akan menghambat talenta-talenta hebat yang datang ke Amerika Serikat. Apalagi menurutnya ada sekitar 187 karyawan Google yang bekerja dan tinggal di Amerika akan mendapat dampak. Dan diprediksi dampak ini akan berpengaruh pada kinerja Google ke depannya.

bersambung ke halaman 2...

Artikel Terkait